Dunia seiring perputarannya selalu berubah dan memunculkan era-era baru. Perjalanan dunia dari masa ke masa tentu telah mengubah banyak hal. Cara berkomunikasi atau bertukar informasi antar individu menjadi suatu hal sederhana yang tampak nyata perubahannya. Bersamaan dengan revolusi industri, komunikasi dan pertukaran informasi juga terkena dampak besar sekaligus turut berevolusi di dalamnya. Salah satunya, perkembangan teknologi informasi pada bidang komunikasi yang mengalami pertumbuhan sangat pesat. Teknologi mobile menjadi faktor utama dalam perkembangan tersebut. Sedikitnya terdapat dua teknologi meliputi telepon seluler dan ponsel atau komputer berjaring internet sebagai pendorong revolusi di bidang tersebut.
Pertama, telepon seluler menjadi cikal perkembangan pesat dari teknologi mobile. Perkembangan diawali dengan penemuan teknologi 1G yang menggunakan AMPS (Advance Mobile Phone System) pada pertengahan tahun 90-an. Selang sepuluh tahun setelahnya, muncul teknologi 2G meliputi TDMA (Time Division Multiple Access) dan CDMA (Code Division Multiple Access). Penemuan teknologi berbasis 1G dan 2G ini mendorong perkembangan teknologi berikutnya dengan cepat. Teknologi berikutnya dikembangkan dengan memunculkan fitur internet pada telepon seluler yang menggunakan teknologi GSM (Global System for Mobile Communications). Kedua, ponsel atau komputer berjaring internet menjadi lanjutan dari perkembangan teknologi seluler. Melalui internet, individu dapat terhubung secara virtual tanpa batas ruang dan waktu
Revolusi industri juga mendorong tingginya proses industrialisasi di berbagai bidang. Seiring pesatnya dunia industri berkembang perusahaan-perusahaan besar muncul perlu adanya pemasaran dari produk-produk tersebut. Pemasaran produk dapat dilakukan dengan strategi promosi yang disebut dengan iklan. Dunn dan Barban (1978) berpendapat, bahwa iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan membayar uang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasif) kepada konsumen, oleh perusahaan, lembaga non-komersial, maupun pribadi yang berkepentingan (Widyatama, 2007:15). Melalui iklan suatu produk dapat menarik perhatian individu terhadap produk tersebut.
Perkembangan pesat antara dunia industri dan teknologi mobile berdampak pada cara pemasaran suatu produk. Media periklanan juga turut berkembang di dalamnya. Pada awalnya pemasaran dilakukan dengan bertemunya pihak yang ingin memasarkan produknya dengan individu sebagai sasaran dari produk tersebut. Akan tetapi, teknologi mobile memudahkan proses tersebut dengan pemasangan iklan melalui media digital, seperti: televisi, radio, dan media sosial.
Memasuki era digital, periklanan jauh lebih banyak merambah media sosial. Pemasaran secara digital (digital marketing) lebih banyak digunakan pada masa sekarang. Menurut Kotler (2012) pemasaran online adalah pemasaran yang dilakukan melalui sistem komputer online secara interaktif yang menghubungkan antara konsumen dan penjual secara elektronik (Kotler, 2012). Melalui pemasaran digital praktik pemasaran dapat dilakukan secara luas dan mengikuti zaman. Pemasaran digital memunculkan istilah buzzer dalam dunia bisnis digital. Kotler dan Keller menyatakan pendapatnya mengenai Word of Mouth Communication (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut sebagai proses komunikasi berupa pemberian rekomendasi baik secara individu maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan informasi secara personal. Word of Mouth kemudian di adaptasikan secara digital melalui munculnya para buzzer. Dengan kata lain buzzer media sosial lebih identik dengan upaya memperkuat suatu pesan (Arianto, 2019).
Riset oleh CIPG (Centre for Innovation Policy and Governance) pada tahun 2017 memaparkan beberapa karakter yang dimiliki oleh buzzer. Buzzer memiliki jaringan yang luas dan memiliki pengikut dalam jumlah besar untuk dapat mengumpulkan informasi-informasi penting. Buzzer memiliki kemampuan untuk melakukan perbincangan dengan khalayak di media sosial agar pesan yang disampaikan menjadi persuasif dan dapat dipersonifikasi. Kemampuan memproduksi konten meliputi pengetahuan jurnalistik dan pembingkaian atau pemilihan informasi. Terakhir, pembentukan motif dalam memproduksi konten.
Pada penelitian yang dilakukan Bambang Arianto, aktivitas buzzer dalam memperkuat suatu konten terbagi dalam tiga kategori, yakni membangun citra positif (supporting), mengklarifikasi citra (defensif), dan menyerang dan merusak citra pesaing (offensive). Peran supporting dan defensif dalam dunia bisnis menjadi peran yang paling kerap dilakukan. Bergeser pada konteks politik, buzzer bergerak pada peran offensive memanfaatkan informasi baik fakta maupun hasil investigasi individual. Amplifikasi pesan dapat bergerak dengan cepat dan memunculkan motif tertentu. Dengan demikian inilah yang membuat pesan yang disampaikan bisa cepat viral atau tersebar secara luas kepada warganet (Arianto, 2019).
Teknik periklanan dalam perkembangan teknologi mobile memiliki dampak pada dunia industri. Dampak positif ditimbulkan dalam proses pemasaran online ini. Menghasilkan perubahan yang signifikan dalam pemasaran suatu produk secara online. Mempublikasi dan mempromosikan produk meningkatkan kerjasama suatu industri. Selain itu, pemasaran secara digital memantik cara industri untuk terus kreatif dan inovatif dalam melakukan promosi di berbagai media.
Bersamaan dengan dampak negatif, terdapat dampak negatif yang ditimbulkan atas munculnya buzzer dalam periklanan digital. Peran buzzer semakin meluas cakupannya hingga ke ranah politik. Buzzer melancarkan doxing atau penyerangan secara personal terhadap individu yang dianggap lawan. Selain itu, buzzer dijadikan sebagai alat penggiringan opini, menyebarkan fitnah berdasarkan hoaks, dan kabar yang misleading untuk menjegal lawan politiknya. Aktivitas tersebut semakin besar dampak negatifnya saat para buzzer tidak memperhatikan kondisi masyarakat.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa perkembangan dunia industri diiringi dengan perkembangan teknologi mobile. Penemuan jejaring sosial mendorong perpindahan cara pemasaran secara digital. Buzzer menjadi salah satu wujud perkembangan periklanan dalam media digital. Menuntut para individu yang berkecimpung di dunia periklanan untuk terus inovatif dan kreatif membuat konten menjadi dampak positif dari adanya buzzer. Akan tetapi, peran buzzer yang kian bergeser ke ranah politik juga dapat menimbulkan dampak negatif, yakni munculnya sebaran berita hoax untuk saling menjatuhkan antar individu. Maka dari itu, perlu adanya batasan-batasan tertentu dalam penggunaan jasa buzzer sebagai media periklanan.
Referensi
Arianto, B. (2019) Buzzer Media Sosial dan Branding Produk UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal UMKM Dewantara. Volume 2 Nomor 1 Juli.
Arianto, B. (2020). Peran Buzzer Media Sosial Dalam Memperkuat Ekosistem Pemasaran Digital. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan. Volume 10 Nomor 1.
Dewita, Azrika. 2020. Pemanfaatan Buzzer Sebagai Media Promosi untuk Mengembangkan Ekonomu Kreatif di Dinas Pariwisata Provinsi Riau. Skripsi. Riau: Universitas Negeri Islam Sultan Syarif Kasim.
Kasemin, Kasiyanto. 2015. Agresi Perkembangan Teknologi Informasi. Jakarta: Prenemedia Group
Kotler & Armstrong. (2012). Principles of Marketing 14th Edition. New Jearsey: Pearson Education Inc.
Awal Hasan, (2020, September 20). Tirto: Yang Toksik dari Buzzer Politik. Diakses dari https://tirto.id/yang-toksik-dari-buzzer-politik-f4QD
Penulis: Fitri Tsalisa | Mahasiswa S1 Reguler-Angkatan 2020