Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM memulai rangkaian webinar Hilirisasi Riset Departemen dengan sesi pertama yang mengangkat topik “Jurnalisme dan Kebijakan Komunikasi” pada 9 Desember 2021, pukul 09.00-11.00 WIB. Program Hilirisasi Riset ini merupakan bagian penutup dari rangkaian skema Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) oleh Dikom UGM. Program ini juga merupakan tradisi tahunan di Dikom UGM yang bertujuan untuk menciptakan roadmap atau peta jalan untuk skema PPM ke depannya.
Berita
Kamis (9/12), menjadi hari pertama dari rangkaian acara Hilirisasi Riset Departemen yang diadakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM. Hilirisasi riset diadakan dalam 2 (dua) sesi, yakni Sesi 1 pada pukul 09.00-12.00 WIB, dan Sesi 2 pada pukul 13.00-16.00 WIB. Pada Sesi 2, tema besar riset yang dipresentasikan adalah seputar Manajemen Komunikasi dan Komunikasi Strategis. Ada 2 (dua) riset yang dipresentasikan, yakni milik Drs. I Gusti Ngurah Putra, M.A. (Mas Ngurah), dan milik Adam Wijoyo Sukarno, S.I.P., M.A. (Mas Adam). Acara ini dimoderatori oleh Dr. Rahayu, S.I.P., M.Si., M.A. (Mbak Rahayu).
Graduate Students Symposium on Communication Science (GSSCS) 2021 secara resmi dibuka. Simposium bertema “Respons Ilmu Komunikasi dalam Sirkuit Pandemi: Tantangan Komunikasi Publik dalam Disrupsi Transformasi Digital” dibuka oleh Dekan Fisipol UGM dan Kepala Departemen Ilmu Komunikasi UGM. Hari pertama GSSCS 2021 diawali dengan pemaparan materi oleh keynote speaker Prof. Dr.Phil Indah Wahyuni dan tiga panelis yaitu Dr. G. Arum Yudarwati, Dr. Eriyanto, M.Si. dan Janoe Arijanto. Sesi hari pertama berhasil menghadirkan diskusi berbobot dari sudut pandang akademisi dan praktisi komunikasi.
Siaran Pers
Graduate Student Symposium on Communication Science 2021
Untuk mendialogkan dan mencari solusi persoalan komunikasi publik, tim mahasiswa Program Studi Magister (S2) Ilmu Komunikasi UGM menggelar “Graduate Students Symposium on Communication Science” dengan tema “Respon Ilmu Komunikasi dalam Sirkuit Pandemi: Tantangan Komunikasi Publik dalam Disrupsi Transformasi Digital.” Forum ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi mahasiswa dan alumni Pascasarjana untuk bertukar gagasan dalam menyelesaikan persoalan ini.
Serial Diskusi Buku “Perempuan dan Literasi Digital”
Jumat, 23 Juli 2021
Prodi Magister Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM menyelenggarakan diskusi buku bertajuk “Catatan Lapangan Perspektif dan Pengalaman Perempuan” pada Jumat, 23 Juli 2021. Diskusi ini merupakan seri ketiga dari serial Diskusi Buku “Perempuan dan Literasi Digital: Antara Problem, Hambatan, dan Arah Pemberdayaan” terbitan UGM Press.
Pada diskusi seri terakhir ini, hadir tiga narasumber selaku penulis buku dan juga dosen di Dikom UGM. Mereka adalah Lidwina Mutia Sadasri, Mashita Fandia, dan Ardian Indro Yuwono. Hadir pula dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Frida Kusumastuti, sebagai pembahas buku yang merupakan hasil kolaborasi dari dosen, mahasiswa, dan alumnus Prodi Magister Dikom UGM ini. Berlaku sebagai moderator adalah Anna Nurjanah dan sebagai MC adalah Harya Rifki P.
Serial Diskusi Buku “Perempuan dan Literasi Digital”
Jumat, 16 Juli 2021
Prodi Magister Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM menyelenggarakan diskusi buku bertajuk “Dimensi Pengetahuan dan Kompetensi Literasi Digital” pada Jumat, 16 Juli 2021. Diskusi ini merupakan seri kedua dari rangkaian diskusi buku “Perempuan dan Literasi Digital: Antara Problem, Hambatan, dan Arah Pemberdayaan”, yang merupakan buku hasil kolaborasi dari dosen, mahasiswa, dan alumnus Prodi Magister Dikom UGM. Acara diskusi ini diselenggarakan dengan dukungan dari Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan UGM Press.
Pada diskusi ini, hadir tiga narasumber selaku penulis buku dan juga dosen di Departemen Ilmu Komunikasi UGM. Mereka adalah Zainuddin Muda Z. Monggilo, Syaifa Tania, dan Dewa Ayu Diah Angendari. Di samping itu, hadir pula dosen Ilmu Komunikasi Universitas Sam Ratulangi Manado, Leviane Hera Jackelin Lotulung, sebagai pembahas. Berlaku sebagai moderator adalah Rahmi Kartika Sari dan sebagai MC adalah Anindya Ayu Krisherwina.
Departemen Ilmu Komunikasi UGM menyelenggarakan diskusi bertajuk “Perempuan dalam Revolusi Digital: Peta Permasalahan & Urgensi Literasi Digital” pada Jumat, 9 Juli 2021 yang membedah buku “Perempuan dan Literasi Digital: Antara Problem Hambatan dan Arah Pemberdayaan” terbitan UGM Press. Diskusi ini merupakan seri pertama dari tiga diskusi atas buku “Perempuan dan Literasi Digital” yang akan diselenggarakan Program Magister Departemen Ilmu Komunikasi UGM.
Diskusi yang berlangsung secara daring ini mengundang editor dan dua penulis buku tersebut, yang juga merupakan dosen di Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM, sebagai narasumber. Mereka adalah Rahayu, Novi Kurnia, dan Widodo Agus Setianto. Hadir pula pembahas dari Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba), Santi Indra Astuti, dosen sekaligus anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi). Bertindak sebagai moderator adalah Astrid Permata Leona, alumni Program Magister Dikom UGM.
Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UGM dengan bahagia mempersembahkan buku kolaborasi dengan Japelidi dan Siberkreasi yang berjudul Kolaborasi Lawan (Hoaks) COVID-19: Kampanye, Riset dan Pengalaman Japelidi di Tengah Pandemi.
Buku ini pada awalnya dirancang untuk mendokumentasikan proses kampanye tersebut. Buku setebal 553 halaman dan terdiri dari 33 bab ini adalah hasil kolaborasi 42 anggota Japelidi sebagai penulis serta disunting 3 editor: Novi Kurnia, Lestari Nurhajati, dan Santi Indra Astuti.
Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UGM didukung oleh Japelidi dan SiBerkreasi dengan bahagia meluncurkan dua buku panduan literasi digital bagi Sahabat Perempuan.
Keduanya berisikan kiat-kiat praktis bagi Sahabat Perempuan dalam bermedia sosial dan bertransaksi daring secara bijak dan cermat.
Yuk, Sahabat Perempuan Bermedia Sosial dengan Bijak
http://ugm.id/panduanmedsos
Yuk, Sahabat Perempuan Bertransaksi Daring dengan Cermat
http://ugm.id/panduantransaksi
Yuk, unduh gratis sekarang! Mari bersama menjadi agen literasi digital.
Apa yang terlintas di benak Sobat Dikom saat mendengar kata “pasar tradisional”? Murah? Ramai? Kurang higienis? Kotor? Ya, beberapa kata tersebut seringkali distigmakan pada pasar tradisional. Hal inilah yang membuat tiga pembicara di Ngopi #4 (Minggu, 5 Juli 2020) berinisiatif untuk melakukan re-branding pasar tradisional menjadi pasar rakyat. Mengapa demikian?
Pasar tradisional, selain mendapatkan stigma dari masyarakat, juga harus menghadapi banyak problem mendasar. Beberapa di antaranya adalah kurangnya kualitas SDM, keberadaannya yang tergeser oleh ekspansi pusat perbelanjaan dan toko modern, revitalisasi yang ternyata hanya sekadar renovasi, hingga kurang terlibatnya pedagang untuk menghidupkan kelembagaan pasar. Rebranding “pasar tradisional” menjadi “pasar rakyat” diharapkan mampu menghadirkan kebaruan image di masyarakat, yang tentu saja harus diiringi dengan inovasi baik dari segi transaksi jual beli maupun kelembagaan. Selain itu, adanya pandemi Covid-19 semakin membuat problem yang dimiliki oleh “pasar tradisional” bertambah, yakni dengan besarnya potensi penyebaran dan kasus positif Covid-19 yang muncul di pasar. Namun, Mas Hempri Suyatna (dosen Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan/PSdK UGM) justru melihat beberapa potensi, tantangan, dan peluang yang muncul karena adanya pandemi. Pasar rakyat, sebagai sumber kebutuhan pangan sehari-hari yang harganya murah, tentu tetap mampu bertahan bila berinovasi dan beradaptasi dengan kondisi. Sistem belanja daring (online) maupun perombakan aktivitas dengan protokol kesehatan, merupakan dua model inovasi yang paling layak untuk diterapkan.