Pada masa pandemi Covid-19 tren menonton film menjadi kegiatan yang digemari oleh berbagai kalangan masyarakat terutama bagi remaja, bahkan hingga menjadikannya hiburan bagi keluarga di rumah. Namun, pandemi Covid-19 ini menjadi dampak buruk bagi pelaku usaha hiburan Bioskop dan industri perfilman, pemerintah menerbitkan berbagai aturan dan larangan kegiatan hiburan yang dapat menyebabkan meningkatnya penyebaran kasus Covid-19. Tidak mau tinggal diam, industri perfilman mau tidak mau harus memutar otak bagaimana masyarakat dapat menonton film secara legal tanpa keluar rumah, menurut Kementerian Kominfo terdapat peningkatan pengunduhan film secara illegal saat pandemi walaupun pemerintah sudah menutup berbagai situs film illegal tetapi masih banyak situs serupa yang masih dapat di akses masyarakat (CNN Indonesia, 2020), dengan cara bekerjasama dengan televisi dan penyedia aplikasi layanan menonton film daring gratis ataupun berbayar (Gunawan, 2020). Di Indonesia terdapat berbagai pilihan film yang fenomenal di masyarakat, tentunya ciri khas dari film yang fenomenal di Indonesia tersebut akan menjadi tren dan menarik di masyarakat karena memperlihatkan kejadian-kejadian yang relevan dengan sosial dan budaya di masyarakat. Film pendek berjudul Tilik di pertengahan masa pandemi Covid-19 jadi buah bibir dan tren di media sosial masyarakat, film yang diperankan oleh seorang ibu-ibu desa memperlihatkan kemajuan era digital dengan adanya media sosial, dan ciri khas budaya ibu-ibu yang selalu gosip menjadi kolaborasi yang pas di kehidupan masyarakat sehari-hari. Pemanfaatan Media menjadi peran aktif terhadap penggunaan media di kehidupan sosial yang menjadikan proses komunikasi di dalamnya, menurut Blumler, Gurevitch dan Katz menyatakan pengguna media memainkan peran yang aktif dalam memilih dan menggunakan media.
Tilik dalam Bahasa Jawa memiliki arti Jenguk (Menjenguk/melihat orang sakit, red), film ini dibuat pada tahun 2018 oleh Ravacana Films dan bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo dan
diproduseri oleh Elena Rosmeisara. Film Tilik merupakan film pendek lokal dari daerah Yogyakarta yang telah memperoleh berbagai penghargaan film pendek, salah satunya penghargaan pertama diperolehnya dari Piala Maya tahun 2018, dari situlah Tilik mulai diputar di berbagai acara dan festival pada tahun 2019. Tilik merupakan tradisi ibu-ibu pedesaan di Yogyakarta yang selalu menyempatkan waktunya untuk menjenguk salah seorang tetangganya yang sedang sakit. Dalam filmnya terlihat ciri khas budaya masyarakat desa yang selalu rombongan, rombongan tersebut menggunakan kendaraan truk colt diesel yang biasa digunakan untuk mengangkut barang. Mayoritas adegan film ini memperlihatkan komunikasi yang terjadi di atas truk, komunikasi antar ibu-ibu sebagai budaya sehari-hari di Indonesia terutama di daerah pedesaan yang masih kental interaksi antar warga. Tokoh Bu Tejo menjadi peran yang paling dibahas oleh warganet di media sosial karena sifat dan prilakunya yang suka membicarakan orang, Bu Tejo selalu membicarakan keburukan Dian yang merupakan seorang anak dari Bu Lurah yang ingin dijenguk, juga peran Yu Ning disini selalu disinggung tentang Dian. Namun hal itu selalu disanggah oleh Yu Ning karena informasi yang diperoleh Bu Tejo ini berasal dari media sosial seperti Facebook dan Whatsapp yang belum tentu kebenarannya, tetapi Bu Tejo tetap bertahan dengan argumennya karena menurutnya informasi dari internet (media sosial, red) tersebut sudah terdapat bukti kongkrit yaitu berupa foto.
Dalam film pendek Tilik memberikan pandangan terhadap berbagai macam budaya masyarakat di desa dengan kemajuan teknologi di era digital terhadap efek media. Rasa empati diperlihatkan saat ibu-ibu mengikuti ajakan dari pesan singkat di media sosial bahwa Bu Lurah sakit, lalu obrolan ibu-ibu yang biasanya hanya sebatas saat pergi ke pasar dan belanja kebutuhan dengan melihat langsung kejadian dan menceritakannya kembali. Namun tidak demikian, di era digital saat ini, ibu-ibu desa dapat melihat informasi darimanapun yang berasal dari media sosial, seperti Bu Tejo yang menyinggung Dian berfoto dengan pria-pria di media sosialnya. Pemanfaatan teknologi harus diimbangi dengan literasi digital, dimana masyarakat harus paham akan dampak dan pengaruhnya terhadap unggahan yang dikirimkan ataupun diterima. Menurut Little John dalam Uses and Gratification Theory menyatakan “Compared with classical effect studies, the uses and gratifications approach takes the media consumer rather than the messages as its starting point, and explores his communication behavior in terms of his direct experience with the media. It views the member of the audience as actively utilizing media content, rather than being passively acted upon by the media. Thus, it does not assume a direct relationship between messages and effects, but postulated instead that members of the audience put messages to use, and that such ussages act as intervening variables in the process effects.” Oleh karena itu, dalam film pendek Tilik terdapat efek yang ditimbulkan dari media terhadap budaya masyarakat desa yang tadinya hanya mengetahui informasi dari sudut pandang yang sempit, namun dengan adanya media menjadikan sudut pandang menjadi luas yang dapat memberikan efek pesan.
Referensi
CNN Indonesia. (2020, 23 Maret). Warga RI Dilarang Akses Situs Nonton Bioskop Ilegal Saat WFH, CNNIndonesia. Diakses tanggal 28 Agustus, 2020, dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200323172155-185-486171/warga-ri-dilarang-akses-situs-nonton-bioskop-ilegal-saat-wfh
Griffin, EM. 2003. Hal 101. A First Look At Communication Theory. London : Mcgraw-Hill.
Gunawan, A. (2020, 24 Juli). 7 Aplikasi Nonton Film Gratis Legal Terbaik, IDN Times. Diakses tanggal 28 Agustus, 2020, dari https://www.idntimes.com/tech/trend/arifgunawan/daftar-aplikasi-nonton-film-secara-legal-terbaik/5
Littlejohn SW. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Penulis: Fa’iq Naufal Farras (Mahasiswa S1-Reguler Ilmu Komunikasi UGM) | faiq.naufal.f@mail.ugm.ac.id