Seiring dengan kemajuan zaman, teknologi komunikasi juga mengalami perkembangan pesat. Terutama pada teknologi komunikasi bergerak atau mobile technology. Mobile technology merupakan bagian dari teknologi yang melibatkan pergerakan (Mau & Thein, 2009). Teknologi ini telah berkembang pesat pada beberapa tahun terakhir. Kehadirannya memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Mobilitas manusia yang semakin banyak berdampak pada meningkatnya kebutuhan manusia akan teknologi bergerak (seluler). Dalam presentasi yang berjudul “Mobile is Eating The World” oleh Benedic Evans di Tech Summit 2014, ditunjukkan data bahwa pembelian smartphone hampir mencapai 50 persen dari konsumsi dunia dalam industri elektronik (Columbus, 2014). Hal ini menunjukkan adanya ketergantungan yang besar dari manusia terhadap teknologi seluler.
Ketergantungan yang tinggi terhadap teknologi seluler disebabkan oleh adanya sifat personalisasi. Sifat personalisasi menjadikan telepon seluler selalu dibawa kemanapun dan kapanpun oleh pemiliknya. Dengan adanya personalisasi ini, akan tercipta peluang besar bagi perusahaan untuk dapat melakukan komunikasi one on one kepada konsumen (Iskandar, 2014). Komunikasi one on one merupakan peluang yang dimanfaatkan oleh praktisi pemasaran. Berkaitan dengan hal itu, praktisi pemasaran perlu bekerja sama dengan operator seluler. Kerja sama antara praktisi pemasaran dengan operator seluler membuat teknologi seluler menjadi target pasar media periklanan.
Periklanan dalam teknologi seluler atau biasa disebut mobile advertising memang belum menjadi primadona. Menurut data IAB (2017), belanja iklan terbesar berada di industri televisi dengan jumlah 60 persen. Sisanya berada di media cetak dengan jumlah 18,9 persen dan media digital sejumlah 17 persen (Partawidjaja, 2017). Data tersebut menunjukkan bahwa periklanan dalam teknologi seluler atau media digital masih kurang diminati, padahal mobile advertising mempunyai banyak kelebihan yang ditawarkan.
Periklanan di televisi memang masih mendominasi. Hal tersebut dikarenakan media televisi merupakan media yang digandrungi sebelum masuknya teknologi seluler. Orang-orang memilih melihat televisi karena memiliki gambar bergerak sehingga menarik. Namun, tentu saja hal itu mulai tergantikan oleh perkembangan teknologi. Bentuk televisi yang terlalu besar membuatnya tidak bisa dibawa kemana-mana dan tidak mendukung mobilitas manusia, sehingga orang-orang hanya menonton televisi pada saat tertentu. Selain itu, biaya yang relatif mahal menjadi kekurangan industri periklanan dalam televisi. Penonton juga sangat mudah mengganti channel pada saat iklan diputar (Suroto, 2016). Semua kekurangan itu dapat dijawab oleh keunggulan yang ada pada mobile advertising.
Mobile advertising akan sangat membantu perusahaan untuk dapat bergerak maju. Cakupan target konsumen yang luas dengan harga yang belum terlalu mahal menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, keberagaman model iklan yang dapat digunakan juga menambah poin plus mobile advertising. Selain iklan berbentuk gambar dan video, telah ditemukan sebuah inovasi iklan berbentuk game. Iklan ini seperti trial game sehingga calon konsumen diberi kesempatan untuk menjajal satu level dari game tersebut (Partawidjaja, 2017). Oleh karena itu, mobile advertising mampu menjadi sebuah media yang strategis.
Efisiensi dari mobile advertising juga baik karena di dalamnya terdapat sebuah fitur yang bernama targeting capability. Sistem kerja mobile advertising akan memberikan data yang didapatkan dari para konsumen untuk membuat fitur targeting capability dapat bekerja. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dari historical data dan user profile-nya. Analisis tersebut akan menghasilkan data tentang kebiasaan atau ketertarikan seorang konsumen (Partawidjaja, 2017). Lebih lanjut, iklan yang diluncurkan akan disesuaikan dengan data tersebut sehingga diharapkan dapat tepat sasaran. Dengan begitu perusahaan akan lebih tertarik menggunakan media mobile advertising untuk mempromosikan produknya.
Semua keunggulan yang ditawarkan mobile advertisement memanglah sangat menjanjikan. Namun, mobile advertising masih belum menjadi media utama dalam industri periklanan. Hal itu dikarenakan jaringan internet belum merata. Selain itu, banyaknya aspek yang harus diperhatikan dalam mobile advertising menyulitkan perusahaan yang belum terbiasa dengan teknologi terkini. Oleh karena itu, mobile advertising masih memerlukan beberapa perbaikan dan pembaruan strategi.
Penyedia jasa mobile advertising perlu serius dalam mengerjakan perbaikan sistem, meningkat potensinya yang besar di Indonesia. Indonesia yang termasuk dalam 10 besar konsumen teknologi seluler menjadikannya sebuah pasar yang menjanjikan bagi mobile advertising. Selain itu, menurut penelitian yang ditulis PwC, jumlah pendapatan mobile advertising di indonesia meningkat empat kali lipat di tahun 2018 (Eka, 2017). Namun, potensi tersebut masih belum optimal, karena menurut We Are Social pada Januari 2020 jumlah pengguna internet di Indonesia baru mencapai 64 persen dari total penduduk (Haryanto, 2020). Jika internet sudah bisa diakses oleh seluruh warga Indonesia itu akan menjadikan potensi mobile advertising optimal.
Mobile advertising di Indonesia akan membawa dampak yang baik. Pemanfaatan mobile advertising akan membawa dampak bagi banyak sektor. Jika Indonesia dapat melakukan optimalisasi pemerataan internet dan UMKM serta perusahaan sadar akan seberapa menguntungkannya mobile advertising maka Indonesia akan memilki pendapatan besar dari sektor ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya optimalisasi oleh pemerintah untuk membantu perkembangan mobile advertising di Indonesia.
Kesempatan emas ini harus dapat dimanfaatkan Indonesia dengan baik. Di masa medatang pengembangan usaha dalam negeri atau penanaman investor luar akan semakin gencar. Dengan begitu, hal ini dapat membukakan jalan menuju lapangan kerja yang luas. Adanya lapangan kerja yang luas akan mengurangi jumlah pengangguran dan menambah pendapatan perkapita negara.
Referensi
Columbus, L. (2014, November 9). Mobile is Eating The World. Forbes. Diakses dari https://www.forbes.com/sites/louiscolumbus/2014/11/09/mobile-is-eating-the-world/#18453bfe647d
Eka, R. (2017, Mei 26). Memahami Potensi dan Tantangan “Mobile Advertising” di Indonesia. Dailysocial. Diakses dari https://dailysocial.id/post/memahami-potensi-dan-tantangan-mobile-advertising-di-indonesia
Haryanto, A. T. (2020, Februari 20). Riset: Ada 175,2 Juta Pengguna Internet di Indonesia. Detik. Diakses dari https://inet.detik.com/cyberlife/d-4907674/riset-ada-1752-juta-pengguna-internet-di-indonesia
Iskandar, D. (2014). Analisa Pengaruh Mobile Advertising Pada Industri Telekomunikasi. IncomTech, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer , 106.
Mau, S. Y., & Thein, N. L. (2009). Multi-Agent Mobile Tourism System. Di Information Science and Technology (pp. 2722-2728). Pennsylvania: IGI Global.
Partawidjaja, D. (2017, November 28). Selamat datang di Era Mobile Advertising. Kontan. Diakses dari https://industri.kontan.co.id/news/selamat-datang-di-era-mobile-advertising?
Suroto, H. L. (2016, Juli 9). Kelebihan dan Kelemahan Iklan Televisi Sebagai Media Periklanan. gomarketingstrategic. Diakses dari https://www.gomarketingstrategic.com/kelebihan-dan-kelemahan-iklan-televisi-sebagai-media-periklanan/
Penulis: Alfin Zain | Mahasiswa S1 Reguler-Angkatan 2020