Musik merupakan suatu keunikan istimewa yang diciptakan manusia yang mempunyai kapasitas sangat kuat untuk menyampaikan emosi dan mengatur emosi (Johansson, 2006). Menurut data pendengar musik Indonesia di Spotify dari CNN Indonesia, bahwasannya masyarakat Indonesia mendengarkan musik 3 jam dalam sehari.
Persaingan sangat ketat dunia permusikan di era digital semakin terlihat, adanya platform yang membuat lahirnya para kreator-kreator muda yang kreatif, seperti Youtube, Instagram, dan TikTok. Mereka yang memiliki bakat di dunia permusikan berlomba-lomba membuat konten musik yang disukai oleh masyarakat seperti membuat lirik musik sendiri, mengcover musik, hingga membuat video musik.
Tren musik yang tiap tahun berubah-ubah dan munculnya musik-musik dengan aliran Pop, K-Pop, EDM, dan lain sebagainya dari luar negeri, seakan-akan menambah sulitnya persaingan di dunia permusikan, salah satunya musik lokal. Musik aliran dangdut merupakan satu dari berbagai musik lokal yang tradisional khas dari Indonesia. Berjalannya waktu membuat musik aliran dangdut semakin lama ditinggalkan, lantaran munculnya musik-musik yang lebih populer sehingga kalah bersaing di dunia permusikan.
Menurut Mathew Cohen (2006), peneliti seni pertunjukan Indonesia mencatat, leluhur musik dangdut berasal dari orkes keliling. Sejarah dangdut di Indonesia, dangdut dipengaruhi musik India melalui film Bollywood oleh Ellya Khadam dengan lagu “Boneka India”, dengan munculnya tokoh dangdut terkenal Indonesia saat itu Rhoma Irama pada tahun 1968. Dangdut bercirikan dentuman tabla (alat musik perkusi India) dan gendang. Dangdut juga sangat dipengaruhi dari lagu-lagu musik India klasik dan Bollywood.
Musik dangdut selalu identik dengan penikmat musik dari masyarakat kalangan ekonomi dan sosial menengah kebawah, bahkan citra musik dangdut pada masa lalu dianggap sebagai musik yang tidak sopan dan tidak pantas. Hal itu dikarenakan pada saat pertunjukan konser dangdut, terdapat biduan yang menggunakan pakaian tidak senonoh, hingga melakukan aksi yang masuk kedalam kategori pornografi. Penikmat musik dangdut didominasi oleh kalangan generasi X.
Sama seperti musik populer lainnya, musik dangdut memiliki lirik yang menggambarkan perasaan hati, namun karena musik dangdut mendominasi pendengar dari kalangan masyarakat kebawah, banyak lirik musik dangdut juga menggambarkan kondisi ekonomi dan sosial. Musik dangdut sering terdengar di perkampungan, terminal, transportasi seperti truk, bus, hingga warung-warung kopi dan makan, yang memperlihatkan kondisi identitas dan budaya masyarakat di Indonesia. Diperkuat menurut Andrew Weintraub (2010) pada bukunya Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia berpendapat bahwasannya dangdut tidak hanya mencerminkan keadaan politik dan budaya nasional. Tapi sebagai praktik, ekonomi, politik, dan ideologi, dangdut telah membantu membentuk gagasan tentang kelas, gender, dan etnisitas di negara Indonesia modern.
Kembalinya musik dangdut sebagai musik populer diawali dari kontes-kontes dangdut di televisi Indonesia, kontes dangdut ini dengan harapannya dapat mengambil massa audiens masyarakat dari kalangan ekonomi menengah kebawah di Indonesia. Kontes dangdut pertama di Indonesia saat itu adalah KDI (Kontes Dangdut Indonesia) yang tayang di TPI (saat ini MNCTV), KDI pada saat itu dinilai berhasil menarik audiens dengan rating yang tinggi dan tayang di jam prime time. Muncul penyanyi-penyanyi jebolan KDI 1 seperti Siti Rahmawati, Nassar, dan Selfi Nafilah yang hingga saat ini aktif di dunia hiburan permusikan dangdut, mereka berlomba-lomba mengeluarkan single hingga album musik dangdut terbaru, sehingga lahir musik-musik dangdut populer. Tak hanya KDI yang mencari peluang menarik audiens, muncul kontes dangdut lain yang dikemas lebih modern dan meriah, yaitu Dangdut Academy (D’Academy saat ini) kontes ini tidak hanya mencari bibit-bibit unggul penyanyi dangdut, tetapi mereka menilai hingga ke gaya juga penampilan kontestan, sehingga melahirkan jebolan artis dangdut yang modern dan populer tidak tergerus oleh waktu mengikuti perkembangan zaman. Artis jebolan D’Academy tiap tahunnya selalu menjadi artis dangdut yang populer, bahkan hingga mereka menciptakan lagu-lagu yang disukai oleh masyarakat, salah satunya adalah Lesti dengan lagu populernya yaitu “Kejora” dengan jumlah pendengar di Spotify lebih dari 1 juta dan Youtube lebih dari 12 Juta penonton, single yang terbaru “Kulepas Dengan Ikhlas” memperoleh lebih dari 1 juta pendengar di Spotify dan lebih dari 42 juta penonton di Youtube.
Suksesnya musik dangdut dari kontes dangdut di televisi, tidak lepas dari persaingan para penyanyi dangdut yang tampil di dunia teknologi digital. Kemunculan era baru dimanfaatkan oleh berbagai perusahaan label musik dangdut dengan memasuki platform Youtube. Diawali menampilkan artis-artis musik dangdut lokal daerah yang mengcover musik dangdut populer, hingga memperoleh tayangan jutaan penonton dan menjadi trending di Youtube, seperti salah satu artis dangdut fenomenal di Indonesia yaitu Via Vallen dan Nella Kharisma, keduanya populer mencuat ke publik setelah lagu-lagunya di Youtube trending. Lagu berjudul “Sayang” yang dinyanyikan oleh Via Vallen pernah menduduki Trending #1 di Youtube. Dari kepopulerannya tersebut, hingga ia mendapat kesempatan spesial tampil pada acara bergengsi Pembukaan Asian Games 2018 di hadapan Presiden dan Wakil Presiden RI serta pejabat publik dan tamu-tamu negara se-Asia.
Tren dangdut tidak berhenti sampai disitu, pada awal tahun 2019 hadir penyanyi lawas Didi Kempot yang dikenal dengan lagu lawasnya “Stasiun Balapan”, dangdut yang dibawakan Didi Kempot beraliran Dangdut Campursari Jawa yang membawakan lirik suasana perasaan hati. Kepopuleran Didi Kempot dengan lagunya yang berhasil menarik perhatian generasi muda, dengan liriknya yang sangat menghayati dan menggambarkan perasaan anak muda saat ini, hingga beliau dijuluki sebagai “The Godfather of Broken Heart” dan julukan untuk fansnya adalah “Sobat Ambyar”, Lagu dengan judul “Cidro” dan “Pamer Bojo” menjadi lagu terpopuler yang ia bawakan, lagu tersebut menggambarkan perasaan dan juga pesan yang mendalam dalam urusan percintaan.
Tahun 2020 merupakan masa pahit bagi seluruh masyarakat di dunia, Pandemi Covid-19 membuat orang di berbagai belahan dunia harus menjalani hidup berubah, yaitu tetap di rumah untuk mengurangi penyebaran virus. Selama pandemi ini masyarakat melakukan kegiatan-kegiatan di rumah dengan mengandalkan gadget dan internetnya masing-masing, mau tidak mau mereka harus melakukan kegiatan yang tetap produktif walaupun di rumah saja. Kepopuleran media sosial merupakan kesempatan di masa-masa seperti ini. Media sosial TikTok salah satunya, platform yang menyediakan konten video dan mengedit video kepada penggunanya. Kepopuleran musik dangdut tentunya dimanfaatkan juga dari platform ini, cuplikan-cuplikan video dengan potongan musik dangdut, membawa musik dangdut semakin dikenal seluruh Indonesia oleh kalangan generasi millennial hingga generasi Z. Salah satu kepopuleran musik dangdut di TikTok adalah munculnya konten dengan cuplikan slogan “Tarik Sisss, Semongko” yang diiringi dengan musik dangdut, seakan membuat para penontonnya akan berjoget mendengarnya.
Dalam perkembangannya, musik dangdut dari tahun ketahun berusaha bangkit dan terus berkreasi di tengah kemajuan teknologi. Para insan permusikan dangdut berlomba-lomba untuk menghadirkan musik dangdut yang berkualitas, serta disukai oleh berbagai kalangan, sosial, dan ekonomi masyarakat. Dangdut tidaklah lagi musik zaman dahulu dengan citranya yang buruk, kini dangdut merupakan musik populer yang dapat didengar dan disukai oleh siapapun dari tua hingga muda, dangdut akan tetap bertahan tidak tergerus oleh waktu. Kini giliran generasi muda Indonesia, dengan kesempatan yang sangat besar untuk membangun industri permusikan khususnya aliran dangdut populer hingga ke mancanegara.
Referensi:
Anggraini, E. (2017). Spotify: Orang Indonesia Dengarkan Musik 3 Jam Sehari. Diakses pada 3 Desember 2020, melalui https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170510150652-185-213843/spotify-orang-indonesia-dengarkan-musik-3-jam-sehari
Hardian, L.N. (2020). Sebagian Jebolan KDI Pertama Ini Masih Eksis di Dunia Hiburan. Diakses pada 3 Desember 2020, melalui https://www.brilio.net/selebritis/potret-dulu-vs-kini-8-jebolan-kdi-pertama-perubahannya-manglingi-200903x.html
Johansson, B. B. (2006). Music and brain plasticity. European Review, 14(1), 50‐64.
Portal Informasi Indonesia (2018). Evolusi Dangdut Indonesia. Diakses pada 3 Desember 2020, melalui https://indonesia.go.id/ragam/komoditas/ekonomi/evolusi-dangdut-indonesia
Weintraub, A. N. (2010). Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia, terjemahan Arif Bagus Prasetyo (2012). PT Gramedia, Jakarta.
Penulis: Faiq Naufal Farras | Mahasiswa S1 Reguler Ilmu Komunikasi angkatan 2018