zz
Jika anda merupakan seorang penggemar franchise Star Wars, pasti tak asing dengan kontroversi film Star Wars: The Last Jedi (2017) dan Star Wars: The Rise of Skywalker (2019) yang dianggap memiliki agenda politik terselubung terutama untuk menyebarkan propaganda feminis radikal (Sammons, 2018). Tidak hanya masalah feminis, Disney sebagai perusahaan yang turut terlibat dalam penulisan dan produksi 3 film terakhir Star Wars, juga mengedepankan inklusivitas dalam film ini, dengan misalnya menghadirkan karakter Rose Tico sebagai representasi masyarakat Asia, atau Finn sebagai representasi Afrika-Amerika. Walaupun di sisi lain plot dan penggambaran karakter dari masing-masing tokoh ini justru dianggap “melecehkan” bagi beberapa pihak (Daubney, 2017).
Tragedi yang menimpa film franchise terlaris di dunia ini, diyakini oleh penggemar sebagai dampak dari budaya the woke (Firdaus, 2020) yang sedang tren di industri hiburan Hollywood. Tidak hanya Star Wars, beberapa film Hollywood terutama film-film yang merupakan remake, spin-off, atau sequel dari film klasik juga tak ketinggalan ikut ‘mencoba’ woke culture dengan gaya masing-masing.
Misalnya, Ocean’s 8 (2019) yang merupakan “spin-off” dari Ocean’s Eleven (2001), memilih untuk membentuk kelompok penjahat perempuan sebagai generasi penerus Ocean’s Eleven yang sebelumnya hanya beranggotakan laki-laki (Kozak, 2019).
Tidak hanya film klasik, seri orisinil Netflix The Kissing Booth 2 (2020) juga tak ketinggalan mencoba tren ini. Setelah sebelumnya mendapat banyak kritikan karena dianggap “kurang inklusif”, The Kissing Booth 2 (2020) menambahkan plot cerita romantis siswa gay yang sayangnya tak berdampak apapun pada plot utama (McLaughlin, 2020) selain digunakan untuk menunjukkan bahwa kini sutradara dan penulis The Kissing Booth 2 (2020) menyadari bahwa heteroseksual bukan satu-satunya orientasi seksual yang ada di bumi.
Istilah the woke atau woke culture ini kemudian menjadi popular setelah Todd Philips (sutradara film Joker (2019)) menyindir para social-justice warrior sebagai penghalang terbesar bagi sutradara film komedi untuk membuat film bertema komedi di era saat ini (Erbland, 2019). The woke atau yang sering disebut sebagai woke culture sendiri merupakan istilah slang yang diambil dari bahasa Afrika untuk term the awaken progresif. Istilah ini juga biasa ditujukkan untuk mengidentifikasi salah satu ciri khas dari kelompok Social Justice Warior (SJW) atau pejuang keadilan sosial (Firdaus, 2020).
Selama lebih dari 200 tahun, eksistensi film dalam industri media hiburan, tak lagi sekedar dianggap sebagai media komunikasi yang mewadahi imajinasi penulis dan sutradara semata. Di era kemudahan akses informasi seiring dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan manusia, film dapat menjadi alat yang berguna bagi pihak-pihak tertentu untuk menyampaikan political stand, ideologi, dan propaganda tertentu. Misalnya seperti yang dilakukan oleh sutradara film BlacKkKlansman (2018) dan Do the Right Thing (1989), Spike Lee. Melalui film-film buatannya ia memainkan peran ganda sebagai seorang aktivis yang memperjuangkan keadilan masyarakat ras kulit hitam dan juga sutradara yang memiliki integritas sehingga menyadari betul betapa pentingnya menyelaraskan kepentingan politik dan kekuatan storytelling sebagai penyampaian pesan aktivisme yang sesungguhnya (Urbain, 2018).
Kemunculan isu agenda politik dan tindakan aktivisme berkembang menjadi isu sensitif dan kemudian diangkat ke diskusi publik sejalan dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan forum daring para pecinta film. Di YouTube sendiri, saat ini tren video esai kritik film pun mulai menjamur bahkan sampai menyentuh ranah ilmu pengetahuan spesifik seperti fenomena kritik sosial film Parasite (2019) yang banyak dianalisis melalui perspektif ilmu sosiologi.
Tujuan untuk membangkitkan kesadaran akan inklusivitas dan melawan streotip kemudian menimbulkan rasa jengkel ketika film seolah “hanya” dibuat untuk kepentingan agenda semata. Alih-alih membentuk cerita yang mampu membawa pesan untuk membangkitkan kesadaran dan melawan ketidakadilan, woke culture dunia film era sekarang justru membawa “bumbu” inklusivitas dan agenda politik atau political correctness sebagai strategi pemasaran.
John Semley (2017) dalam artikelnya menyebutkan, bahwa masalah film-film yang sarat akan woke culture saat ini adalah rasa bangga mereka dalam menunjukkan bahwa mereka memiliki kesadaran tentang isu-isu sosial tertentu seperti minoritas dan feminisme. Karakter yang dibuat untuk kepentingan alur cerita pun tak lagi menjadi prioritas, selama bentuk fisik dari aktor atau aktris yang memerankan suatu tokoh dirasa cukup untuk merepresentasikan suatu kelompok masyarakat yang relevan dengan isu sosial yang berkembang, maka kualitas cerita tak lagi menjadi masalah (Semley, 2017).
Semley juga menjelaskan bahwa film di era woke culture saat ini justru mengurangi nilai dari aktivisme dan tujuan representasi sebenarnya dalam film:
“Kita menjadi begitu puas diri dalam menghargai tanda-tanda seni yang baik, terjaga, mulia, dan liberal sehingga kita berisiko membutakan diri kita sendiri terhadap realitas ketidakadilan sosial dan politik yang terus berubah. Alih-alih terlibat, kita bisa menonton film seperti The Shape of Water, merasa cukup sadar, dan salah mengira perasaan itu sebenarnya sedang bertunangan. Alih-alih gelisah, bangun dengan ketakutan, kita kembali tidur nyenyak, dan memimpikan mimpi terbangun.” (Semley, 2017)
Sebagai media komunikasi massa, film memikul tanggung jawab komunikator untuk menyampaikan pesan kepada audiens. Di era arus informasi saat ini, media massa membuat pikiran masyarakat jauh lebih ideologis. Mereka tidak membiarkan orang memiliki persepsi mereka sendiri tentang dunia, melainkan membuat publik memahami apa yang mereka pikirkan (Jowett & Linton, 2010). Dibandingkan media massa lainnya, film dapat dikatakan sebagai media penyampaian pesan yang paling kuat dan memiliki pengaruh baik kepada masyarakat sebagai individu maupun sebagai kelompok sosial (Symeou, Bantimaroudis, dan Zyglidopoulos, 2013). Pembentukan persepsi publik ini, sejalan dengan salah satu misi dari film sebagai media massa seperti yang disebutkan dalam teori agenda setting media (McCombs, 2004).
Namun alih-alih menjalankan misi agenda setting, woke culture atau “wokeness” dalam film masa kini, lebih enak dipandang dari sudut pandang komunikasi pemasaran. Sebagai fenomena yang muncul di era media sosial, kesadaran akan inklusivitas dan isu-isu sosial kini menjadi nilai jual yang mumpuni (Shaw, 2020).
Film-film dengan esensi “woke culture” tidak terlalu menggunakan alur cerita sebagai “senjata” promosi. Cukup dengan mengunggah poster film ke media sosial atau platform online lainnya dan menyebutkan ada representasi kelompok atau isu sosial apa yang diangkat dalam film tersebut, calon penonton diharapkan untuk merespon karya mereka dengan positif tanpa harus menghiraukan kualitas cerita (Clair, Fox, dan Bezek, 2009). Kritik yang ditujukkan untuk film tersebut pun sekarang bisa dianggap sebagai pendapat yang menyerang kelompok tertentu, tanpa pula harus memikirkan apakah kritik tersebut bisa diterima logika atau tidak.
Referensi
Clair, R. P., Fox, R., & Bezek, J. L. (2009). Viewing Film from a Communication Perspective: Film as Public Relations, Product Placement, and Rhetorical Advocacy in the College Classroom. Communication and Theater Association of Minnesota Journal, 70-87.
Daimond, J. (2020, February 10). The Failure of the Woke Movie Remake Industry. Retrieved August 27, 2020, from The Burkean: https://www.theburkean.co.uk/the-failure-of-the-woke-movie-remake-industry/
Daubney, M. (2017, December 27). Liberal identity politics has ruined Star Wars for the fanboys. Retrieved August 27, 2020, from Telegraph: telegraph.co.uk/men/thinking-man/liberal-identity-politics-has-ruined-star-wars-fanboys/
Erbland, K. (2019, October 1). Todd Phillips Left Comedy to Make ‘Joker’ Because ‘Woke Culture’ Ruined the Genre. Retrieved August 27, 2020, from IndieWire: https://www.indiewire.com/2019/10/todd-phillips-left-comedy-joker-woke-culture-1202177886/
Firdaus, A. (2020). SJW, Horseshoe Theory dan the Woke Culture. Retrieved August 27, 2020, from AMF Life: https://ahmadmfirdaus.com/2019/10/15/sjw-horseshoe-theory-dan-the-woke-culture/
Francis, N. (2020, January 10). WHY IS VIDEO SUCH A POWERFUL COMMUNICATIONS TOOL? Retrieved August 27, 2020, from Casual Films: https://www.casualfilms.com/blog/emotional-power-of-video#:~:text=One%20hundred%20years%20on%2C%20film,emotion%20in%20a%20dispersed%20audience.&text=It’s%20when%20it’s%20combined%20with,communication%20tool%20available%20to%20humanity.
Jowett, G., & Linton, J. M. (2010). Movies as Mass Communication. Michigan: SAGE Publication.
Kozak, O. E. (2019, May 22). Hollywood’s Gender-Swapped Remakes/Reboots of the Late 2010s. Retrieved August 27, 2020, from Paste: https://www.pastemagazine.com/movies/gender-swap/hollywoods-gender-swapped-remakesreboots-of-the-20/
McCombs, M. (2004). Setting the agenda: The mass media and public. Cambridge, UK: Blackwell Pub.
McCombs, M. E. (1972). The Agenda-Setting Function of Mass Media. The Public Opinion Quarterly, Vol. 36, No. 2, 176-187.
McLaughlin, K. (2020, July 28). The Kissing Booth 2’s Gay Subplot Is a Frustrating Example of Performative Activism. Retrieved from Pop Sugar: https://www.popsugar.com/entertainment/why-kissing-booth-2-gay-subplot-is-problematic-47643859
Salmon, C. (2020, January 16). Does anyone outside of Twitter really care about films being woke? Retrieved August 27, 2020, from Dazed: https://www.dazeddigital.com/film-tv/article/47484/1/does-anyone-outside-of-twitter-really-care-about-films-being-woke
Sammons, T. (2018, March 11). Kathleen Kennedy Is Ruining Star Wars With Her Feminist Agenda. Retrieved August 27, 2020, from Odyssey: theodysseyonline.com/kathleen-kennedy-ruining-star-wars-feminist-agenda
Semley, J. (2017, December 5). The problem with ‘The Shape of Water’ and other ‘woke’ films. Retrieved August 27, 2020, from Maclean’s: https://www.macleans.ca/opinion/the-problem-with-woke-cinema/
Shaw, L. (2020, July 13). Hollywood Decides Being Woke Is Good for Business. For Now. Retrieved August 27, 2020, from Bloomberg: https://www.bloomberg.com/news/newsletters/2020-07-12/hollywood-decides-being-woke-is-good-for-business-for-now
Symeou, P., Bantimaroudis, P., & Zyglidopoulos, S. (2013). Cultural Agenda Setting and the Role of Critics: An Empirical Examination in the Market for Art-house Films. In S. Zyglidopoulos, Cambridge Judge Business School Working Papers (pp. 3-7). Cambridge: Cambridge Judge Business School, University of Cambridge.
Urbain, T. (2018, May 14). Spike Lee’s signature: Entertainment, activism, rage. Retrieved August 27, 2020, from The Jakarta Post: https://www.thejakartapost.com/life/2018/05/14/spike-lees-signature-entertainment-activism-rage.html
Penulis: Nadia Utama (Mahasiswa S1-Reguler Ilmu Komunikasi Fisipol UGM angkatan 2016)