Yogyakarta, 2 Mei 2025 – Departemen Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM kembali menggelar diskusi buku yang bertajuk “Social Media and Politics in Southeast Asia: Membaca Ulang Demokrasi Lewat Media Sosial di Asia Tenggara”. Kegiatan ini diselenggarakan pada Rabu, 30 April 2025 mulai pukul 10.00 hingga 12.00 WIB. Bertempat di Ruang Seminar Timur FISIPOL UGM, acara ini diikuti oleh mahasiswa, dosen, dan akademisi lintas disiplin. Diskusi ini menjadi ruang intelektual untuk membahas perkembangan politik digital di kawasan Asia Tenggara, khususnya dalam konteks demokrasi.
Diskusi buku ini menghadirkan Prof. Merlyna Lim sebagai pembicara utama. Prof. Merlyna merupakan Canada Research Chair in Digital Media & Global Network Society serta Professor of Communication & Media Studies. Dalam pemaparannya, Prof. Merlyna membahas bagaimana media sosial telah menjadi arena baru bagi praktik politik dan demokrasi di Asia Tenggara. Beliau juga menyoroti dinamika relasi kekuasaan, budaya digital, dan partisipasi publik di era teknologi digital yang terus berkembang.
Selain Prof. Merlyna, diskusi ini turut menghadirkan Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, S.I.P., M.Si. sebagai pembahas. Prof. Hermin adalah Dosen Ilmu Komunikasi UGM sekaligus Profesor di bidang Sistem Komunikasi. Dalam kesempatan ini, Prof. Hermin memberikan respons kritis dan analisis terhadap isi buku serta relevansinya terhadap situasi sosial politik di Indonesia. Kehadiran Prof. Hermin menambah sudut pandang lokal yang memperkaya diskusi mengenai praktik politik digital di berbagai negara Asia Tenggara.
Diskusi berjalan interaktif dengan dipandu oleh Mashita Phitaloka Fandia P., S.I.P., M.A. selaku moderator. Mashita yang juga Dosen Ilmu Komunikasi UGM memfasilitasi jalannya acara serta sesi tanya jawab dari peserta. Para peserta terlihat antusias menyampaikan pendapat dan pertanyaan seputar peran media sosial dalam membentuk opini publik dan memengaruhi proses demokrasi. Berbagai isu aktual, mulai dari kampanye politik digital hingga penyebaran disinformasi, turut dibahas dalam forum tersebut.
Dalam penyampaiannya, Prof. Merlyna Lim menekankan bahwa media sosial telah menjadi platform strategis bagi aktor politik di Asia Tenggara. Ia menjelaskan bahwa meskipun media sosial membuka ruang partisipasi politik yang lebih luas, platform ini juga kerap dimanfaatkan untuk kepentingan politik yang manipulatif. Demokrasi digital di kawasan Asia Tenggara menghadapi tantangan besar berupa polarisasi, ujaran kebencian, dan penyebaran hoaks yang masif. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi berbagai pihak, termasuk akademisi dan masyarakat sipil, untuk terus mengawal demokrasi digital yang sehat.
Sementara itu, Prof. Hermin Indah Wahyuni dalam tanggapannya menyoroti pentingnya peran media digital sebagai ruang publik alternatif. Menurutnya, media sosial di Indonesia telah menggeser peran media konvensional dalam membentuk wacana politik dan opini publik. Prof. Hermin juga mengingatkan pentingnya literasi digital di kalangan masyarakat agar tidak mudah terjebak dalam arus informasi yang belum tentu benar. Ia menilai buku karya Prof. Merlyna Lim ini relevan sebagai bahan kajian akademik dan diskusi publik di tengah era digitalisasi politik.
Sebagai penutup, moderator menyimpulkan bahwa diskusi ini berhasil membuka perspektif baru tentang peran media sosial dalam dinamika demokrasi di Asia Tenggara. Mashita Phitaloka Fandia P. menilai bahwa paparan dan diskusi yang berlangsung memberikan gambaran nyata tentang peluang dan tantangan demokrasi digital saat ini. Ia berharap diskusi semacam ini dapat rutin diselenggarakan sebagai bagian dari kontribusi akademik FISIPOL UGM dalam kajian media dan politik. Acara pun diakhiri dengan sesi foto bersama dan ramah tamah antar peserta dan narasumber.
Penulis : Anathalia Meyskina Pangestu