Kamis (9/12), menjadi hari pertama dari rangkaian acara Hilirisasi Riset Departemen yang diadakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM. Hilirisasi riset diadakan dalam 2 (dua) sesi, yakni Sesi 1 pada pukul 09.00-12.00 WIB, dan Sesi 2 pada pukul 13.00-16.00 WIB. Pada Sesi 2, tema besar riset yang dipresentasikan adalah seputar Manajemen Komunikasi dan Komunikasi Strategis. Ada 2 (dua) riset yang dipresentasikan, yakni milik Drs. I Gusti Ngurah Putra, M.A. (Mas Ngurah), dan milik Adam Wijoyo Sukarno, S.I.P., M.A. (Mas Adam). Acara ini dimoderatori oleh Dr. Rahayu, S.I.P., M.Si., M.A. (Mbak Rahayu).
Riset pertama yang dipresentasikan adalah milik Mas Ngurah, berjudul Public Relations Digital dalam Buku Teks Public Relations Indonesia. Pada awal paparan materi, Mas Ngurah menyampaikan bahwa buku teks memegang peranan penting dan memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran mahasiswa, sekalipun di masa pembelajaran daring seperti saat ini, sebab buku teks mampu membentuk pemikiran mahasiswa, terkhusus pada topik pembelajaran Public Relations. Seharusnya, isi atau materi dalam buku teks seputar Public Relations mulai disesuaikan dengan zaman dan dengan isu tertentu, termasuk membahas tentang Digital Public Relations secara komprehensif. Setelah mengumpulkan beberapa buku, dan menelusuri apakah buku tersebut ada versi digitalnya, Mas Ngurah hanya menemukan satu buku teks dengan bahasan Public Relations Digital yang relatif memadai sebagai pengantar pembelajaran. Buku tersebut menyajikan materi berisi perbedaan internet atau website dengan media sosial, serta sedikit menjelaskan karakter dari komunikasi melalui media digital. Ringkasnya, tidak semua buku membahas Digital Public Relations secara memadai. Saran dari Mas Ngurah, riset selanjutnya bisa diarahkan untuk mengkaji dengan membandingkan pembahasan Public Relations Digital dalam teks berbahasa Inggris atau terjemahan, dengan buku teks berbahasa Indonesia.
Berlanjut ke presentasi riset dari Mas Adam, berjudul Inovasi Badan Publik Pendidikan dalam Implementasi KIP, yang membahas tentang adopsi inovasi serta teknologi informasi dan komunikasi yang diterapkan oleh Kantor Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) UGM. Berdasar pengamatan Mas Adam, banyak organisasi atau institusi pemerintah maupun pendidikan yang mulai mengarah ke sistem open government. Salah satu aspek yang membuat Mas Adam, selaku peneliti, mengidentifikasi demikian adalah mulai adanya adopsi ICT (Information and Communication Technology; teknologi informasi dan komunikasi). Namun, tentu tidak semua institusi mampu untuk langsung mengadopsi ICT. Orang-orang di dalam institusi tersebut perlu mengkomunikasikan inovasi, perlu berkoordinasi tentang bagaimana Humas berinovasi dan mengadopsi ICT di waktu-waktu ini (pandemi dan era digital). Kerap kali, di tiap institusi sudah ada rencana, tapi persiapan dan aplikasi teorinya kurang — karena, menurut pengamatan Mas Adam, spirit pelayanan publik itu masih kurang sebab masih berfokus di tupoksi (tugas pokok dan fungsi) aja, belum berani berinovasi dan melakukan hal-hal baru. Selain itu juga masih banyak masalah terkait sumber daya, terutama sumber daya manusia (SDM). Level akselerasi di tiap institusi juga tentu berbeda-beda, tergantung kebijakan dan kesigapan Kepala Admin, sebab Kepala Admin harus mengajari staf-staf adminnya dan itu tentu membutuhkan kecakapan digital lebih, serta waktu yang tidak sebentar. Ringkasnya, sudah banyak Humas yang menerapkan kerangka kerja Morton (memakai pendekatan Top Down), tetapi inovasi berbasis ICT belum mengarah ke penyederhanaan organisasi (misal: memangkas jumlah pegawai dan menggunakan Kecerdasan Buatan sebagai penggantinya). Aplikasi pelayanan publik sudah ada, tapi koordinasi untuk beradaptasi dengannya masih butuh jangka waktu yang panjang. Terakhir, Mas Adam menyampaikan bahwa di tiap institusi sebenarnya ada spirit untuk membuka (membuka peluang beradaptasi dengan ICT), tapi juga ada spirit untuk menutup (menutup kemungkinan adaptasi dan inovasi tersebut).
Penulis: Rose Wirastomo