• Tentang UGM
  • FISIPOL UGM
  • Pusat IT
  • Perpustakaan
  • Riset
  • Webmail
  • DigiLib Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
Universitas Gadjah Mada Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Gadjah Mada
  • Tentang DIKOM
    • Sekapur Sirih
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Struktur Departemen
    • Staf
      • Dosen
      • Administrasi
      • Laboran
    • Fasilitas
  • Program Studi
    • Program Sarjana
      • Reguler
      • Internasional
    • Program Pascasarjana
      • Magister Ilmu Komunikasi (S2)
      • Doktor Ilmu Komunikasi (S3)
  • Aktivitas
    • Pengabdian
    • Data Penelitian
    • Publikasi
    • Ikatan Alumni
  • Unit Pendukung
    • Jurnal Media dan Komunikasi
    • DECODE
    • Laboratorium DIKOM
    • Jaminan Mutu

[Lowongan Kerja] Copywriter dan Graphic Designer RWE di Yogyakarta

Informasi Umum Jumat, 14 Januari 2022

Halo, Sobat Dikom!

Kabar baik bagi sobat yang memiliki keterampilan menulis yang menarik dan/atau keterampilan desain grafis. RWE digital ahensi kantor Yogyakarta sedang membuka posisi copywriter.dan graphic designer. Bagi Sobat Dikom berminat dan  memiliki kualifikasi berikut:

Copywriter:

  • Pengalaman Social Media Handling
  • Kreatif dan imajinatif
  • Memiliki keterampilan menulis dan interpersonal yang baik
  • Bisa bekerja dalam tim
  • Detail dan teliti
  • Memiliki minat tren dan teknik periklanan baru.
  • Disiplin, jujur, bertanggung jawab dan memiliki etos kerja tinggi.
  • Pengalaman seputar copywriting atau pernah bekerja di Creative Agency

Graphic Designer:

  • Bisa Digital Imaging (DI),  Motion Graphic atau Video Editing
  • Punya pengalaman menangani Visual Social Media Brand
  • Berkemauan keras untuk belajar
  • Memiliki attitude yang baik
  • Bisa bekerja dalam team
  • Memiliki taste visual yang bagus
  • Komunikatif
  • Menguasai Design Tools dan Video Editing (Ex: Adobe Photoshop, Illustrator, After Effect atau Premiere Pro)
  • Mampu mengoperasikan AR-Spark menjadi nilai tambah
  • Memiliki kreativitas dan ide-ide inovatif
  • Diutamakan memiliki pengalaman 1 tahun di bidang yang sama.

Sobat dapat mendaftar di rwe.co.id/rwecruitment dan dapat mengirimkan CV dan portofolio ke rwe.co.id/rwecruitment atau ke info@rwe.co.id

Semoga sukses selalu, Sobat Dikom! Salam sehat

 

Rilis Berita Hilirisasi Riset Dikom UGM: Manajemen Komunikasi dan Komunikasi Strategis II

Berita Senin, 3 Januari 2022

Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM menutup rangkaian webinar Hilirisasi Riset Departemen dengan topik umum “Manajemen Komunikasi & Komunikasi Strategis II” pada 14 Desember 2021 pukul 13.30-16.00 WIB. Sesi ini merupakan lanjutan dari topik yang sama pada 9 Desember 2021 pukul 13.00-16.00 WIB. Program Hilirisasi Riset ini merupakan bagian penutup dari rangkaian skema Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPkM) oleh Dikom UGM. 

Sesi kedua pada kali ini diisi oleh dosen-dosen Dikom UGM yang berkecimpung di bidang Manajemen Komunikasi dan Komunikasi Strategis, mereka adalah Syaifa Tania, Syafrizal, Dr. Widodo Agus Setianto, serta Dr. Muhamad Sulhan sebagai tuan rumah webinar. 

Syafrizal, sebagai narasumber pertama, menjelaskan hasil risetnya yang berjudul “Multitugas Media dalam Perspektif Diginatives: Disrupsi atau Kecakapan?”. Riset ini bertujuan untuk memetakan perspektif mahasiswa sebagai digital natives (diginatives) dalam memaknai pengalaman multitugas media (media multitasking) di masa ensitiv Covid-19.

Riset ini mengumpulkan data dengan wawancara daring dengan paradigma Grounded Theory yang melibatkan 22 mahasiswa dari lima perguruan tinggi terbaik versi Webometrics Juli 2021. Perguruan-perguruan tinggi tersebut yakni Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Brawijaya.

Syafrizal yang dibantu oleh mahasiswa S1 Dikom UGM, Rizki Dwi Wibawa, menemukan gambaran bahwa latar belakang yang meneguhkan rutinitas multitugas media oleh mahasiswa adalah situasi sensitif dan digitalisasi proses pembelajaran, magang, dan kegiatan organisasi yang dilakukan melalui media digital.  

“Dimensi yang lain lagi bahwa multitugas media ini berhubungan dengan aspek bagaimana cara membentuk, misalkan relaksasi diri, yakni apakah orang memutuskan menjalankan multitugas ini untuk merelaksasi diri mereka atau untuk escapism, untuk membuat mereka melarikan diri dari kejenuhan,” ucap Syafrizal, “Fenomena multitugas ini adalah sebuah paradoks pilihan, misalkan antara disrupsi atau sebagai fluency (kecakapan) sensitif diperdebatkan.”

Syaifa Tania, yang meneliti bersama dua mahasiswi Dikom, dengan penelitiannya yang berjudul “Gap Generasional dan Kesadaran Merespon Iklan Digital di Media Sosial”, menyatakan bahwa generasi Y dan Z saat ini dianggap memiliki karakteristik unggul dibandingkan generasi sebelumnya. Meskipun keduanya merupakan generasi diginatives, cara pandang mereka terhadap iklan secara sosio-teknologi berbeda, khususnya praktik periklanan digital oleh influencer. 

Hasil studinya menunjukkan adanya perbedaan generasional yang muncul pada tataran preferensi jenis media komunikasi serta penilaian mereka terhadap sosok influencer dalam periklanan. Perbedaan ini berpusat pada cara pandang kedua generasi pada aspek realness persona dan substansi informasi yang disampaikan influencer. 

“Cara kedua generasi ini [dalam] memahami aspek kredibilitas itu berbeda,” lanjut Tania. Generasi Y cenderung menganggap seorang influencer kredibilitas karena memiliki latar belakang pendidikan, pekerjaan, atau konteks background yang selaras dengan bidangnya. Bagi Generasi Z hal-hal itu penting, tetapi hal yang jauh lebih penting adalah autentisitas diri, termasuk keberanian untuk mengakui tindakan yang tercela menurut masyarakat.

Masih dalam bidang periklanan, Dr. Widodo Agus Setianto turut memaparkan hasil risetnya yang berjudul “Iklan dan Kearifan Lokal” melalui rekaman video. Beliau menganalisis bagaimana iklan-iklan di YouTube dinilai dan diberikan penghargaan karena popularitasnya serta relevansinya dengan kearifan lokal di Indonesia. 

“Munculnya iklan-iklan dengan kearifan lokal merupakan antitesis dari iklan berstandarisasi internasional,” lanjut Widodo, “iklan-iklan lokal berbasis kearifan lokal merupakan perkembangan dari konsep iklan adaptasi atau specialty.”

Dalam iklan-iklan yang menggunakan pendekatan adaptasi, perlu adanya pertimbangan akan budaya, selera, ekonomi, dan pertimbangan ketersediaan sumber-sumber lainnya. Maka bagian visual dan verbal dari iklan kreatif harus sensitif dalam penggunaan bahasa lokal dan model atau brand ambassador.

 

Penulis: Rizqy K. Mayasari

Rilis Berita Hilirisasi Riset DIKOM UGM: Media dan Budaya

Berita Senin, 3 Januari 2022

Selasa (14/12), Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM kembali melanjutkan rangkaian acara Hilirisasi Riset. Pada pekan kedua di sesi pertama, yakni pukul 09.30-12.00 WIB, tema besar yang dipresentasikan adalah seputar kajian Media dan Budaya. Spesifiknya, keempat peneliti yang juga merupakan dosen Dikom memaparkan topik Card Game (Permainan Kartu), Game Tourism (Jalan-Jalan Virtual melalui Game), Football Manager Game (Permainan untuk Mengelola Tim Sepak Bola secara Digital), serta membahas film The Social Dilemma. Acara kali ini dimoderatori oleh Mashita Phitaloka Fandia Purwaningtyas, S.I.P., M.A., atau Mbak Mashita.

Paparan pertama yang berjudul Konsumsi Pemain MTG Jogja disampaikan oleh Jusuf Ariz Wahyuono, S.i.P., M.A., atau biasa dipanggil Mas Ucup. Secara umum, penelitian dengan metode Studi Etnografi Komunitas yang Mas Ucup lakukan berfokus pada perilaku konsumsi penggemar permainan Magic the Gathering (MTG). MTG adalah permainan kartu yang cukup populer, sejak kisaran tahun 2008. Kini, dari 35 juta pemain aktif yang tersebar di 70 negara, beberapa di antaranya berdomisili di Yogyakarta, Indonesia. MTG memiliki banyak pemain dan bahkan penggemar, sebab tiap kartunya memiliki narasi yang unik, sehingga menarik untuk dimainkan. Para pemain kerap kali tergabung secara komunal dan memiliki base di suatu game store (toko permainan) atau rental PlayStation lokal. Bahkan, tak hanya sekadar bermain, para penggemar MTG diwajibkan berkumpul untuk melakukan ritual di tiap malam Jumat (Friday Night Gathering), untuk kemudian “dipantau” dan didata oleh pihak MTG pusat. Keberadaan MTG dianggap Mas Ucup sebagai pengalaman yang tak tergantikan, sebab mampu membuat permainan berbasis komunitas di tengah gencarnya digitalisasi permainan selama masa pandemi.

Lanjut ke paparan kedua dari Dr. Adrian Indro Yuwono, S.I.P., M.A., alias Mas Dadok. Mengangkat judul Berwisata Digital: Mengunjungi Jepang Feodal, Bertualang di Wild West, dan Eksplorasi Manhattan Urban, topik spesifik yang diangkat oleh Mas Dadok adalah Gamertourist, di mana orang-orang memainkan game tidak sekadar untuk bermain saja, tapi juga sebagai sarana jalan-jalan virtual dan foto-foto. Penelitian ini berawal dari temuan Mas Dadok akan fakta bahwa penjualan game konsol justru meningkat selama pandemi. Ketika orang-orang tidak bisa jalan-jalan ke luar rumah, maka diambil lah alternatif untuk jalan-jalan virtual melalui game. Bukan sembarang foto-foto, para pemain bahkan mengatur komposisi objek foto, pencahayaan dari matahari yang ada dalam game, memilih lokasi yang memiliki pemandangan nan apik — semua dilakukan layaknya sedang mengadakan pemotretan di dunia nyata. Kualitas grafis yang tinggi, alias High Definition (HD), turut mendukung hobi para pemain untuk memotret di dalam game. Mas Dadok menyebut mereka sebagai graphic junkie atau scenery junkie (pecandu grafis atau pecandu pemandangan, dalam artian positif) yang gemar melakukan in-game photography (pemotretan di dalam game). Mas Dadok turut menyebutkan bahwa salah satu informan, yang juga merupakan aktivis media sosial, kerap mengunggah hasil in-game photography-nya ke Twitter hingga di-notice oleh para developer game-nya (perusahaan pencipta dan pengembang game). Hal tersebut jelas menjadi salah satu cara apresiasi dan interaksi langsung antara developer dan pemain, sehingga ekosistem game menjadi lebih menarik, tak hanya sekadar memainkan game-nya saja. Secara ringkas, melalui penelitiannya yang menggunakan metode Etnografi, Mas Dadok mengungkapkan pengalaman eksplorasi dunia virtual dalam game, yang didasarkan pada minat pemain di dunia luring.

Paparan dilanjutkan oleh Irham Nur Anshari, S.I.P., M.A., atau akrab disapa Mas Irham. Masih di lingkup topik yang sama, yakni permainan atau game digital, Mas Irham menyampaikan paparan terkait Pergeseran Budaya Fans Sepak Bola di Era Digital melalui keberadaan game Fantasy Premier League. Game tersebut merupakan simulasi menjadi manajer sebuah tim sepak bola, yang mengajak pengguna atau pemain untuk mengelola pemain-pemain Liga Inggris kelas teratas (English Premier League). Banyak aspek yang bisa dikelola oleh pengguna untuk mengatur susunan tim, guna menentukan apakah tim akan berpeluang jadi juara atau tidak. Dengan metode Studi Kasus, Mas Irham mampu menelusuri bahwa pengguna atau pemain FPL, yang juga merupakan fans suatu tim atau pemain sepak bola di dunia nyata, kini tak lagi berorientasi pada tim, tapi berorientasi pada kualitas pemain. Mengapa? Sebab di FPL, pengguna atau pemain diminta untuk membuat tim baru berisi pemain-pemain favorit mereka. Ringkasnya, budaya fans sepak bola di era digital mulai berubah atau bergeser berkat FPL, di mana pengguna diminta mengatur dan mengelola para pemain menjadi sebuah dream team (tim sepak bola impian).

Terakhir, ada paparan riset berjudul Dilema Sosial dalam The Social Dilemma oleh Wisnu Martha, S.I.P., M.Si., atau Mas Wisnu Martha. Berbeda dengan tiga topik riset sebelumnya, kali ini yang diteliti adalah aspek kewargaan dalam film The Social Dilemma (2020), dokumenter-drama dari Netflix yang mengulas tentang ancaman bahaya di balik candu media sosial. Di satu sisi, media sosial mampu membantu dan mempermudah hidup penggunanya, namun di sisi lain justru menyebabkan candu dan juga problem-problem lainnya — hal tersebutlah yang menjadi dilema. Film The Social Dilemma menceritakan efek dari media sosial melalui fakta-fakta dan komentar dari para pelaku industri media sosial (para eksekutif dari Google, Facebook, Twitter, Instagram, Linkedin, dan lainnya), didukung dengan ilustrasi berupa drama yang diperankan oleh aktor. The Social Dilemma menyajikan fakta melalui media hiburan. Mas Wisnu Martha membagi dilema dalam film ini menjadi 3 (tiga) babak, yakni: (1) Kecanduan media sosial; (2) Tersebarnya hoaks; dan (3) Pengaruhnya terhadap fluktuasi atau gejolak politik di suatu daerah atau negara. Candu media sosial yang terjadi pada warga negara, apabila tidak disertai kontrol diri dan kesadaran literasi yang baik, akan mengacaukan sistem politik suatu daerah atau negara — atau bahkan global — sebab dapat memunculkan polarisasi dan segregasi antarwarga melalui hoaks dan berita bohong. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh adegan dalam film, candu media sosial yang dialami sang tokoh utama (seorang remaja), mampu membawanya kepada kekacauan politik di daerahnya. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan beberapa cara yang juga dipaparkan dalam film, oleh para pelaku (eksekutif) industri media sosial, yang diwawancara untuk membagikan pengalaman dan keresahannya. Namun, kembali lagi, apakah para eksekutif tersebut betul-betul merasa resah dan ingin melindungi warga dari bahaya media sosial? Atau hanya cover luarnya saja, sebagaimana yang dilakukan oleh para politisi yang berniat mengayomi warga, tapi nyatanya tidak? Melalui metode Analisis Naratif, Mas Wisnu Martha mengajak kita untuk merefleksikan kembali aspek-aspek yang ada di dalam film The Social Dilemma, terutama dari aspek candu media sosial dan aspek kewargaan.

Presentasi riset dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan dari audiens yang ternyata sangat antusias mengikuti acara, terutama karena bahasannya yang berkisar di topik tentang game. Acara diakhiri dengan foto bersama, dan bagi Sobat Dikom yang belum berkesempatan hadir, dapat menyimak presentasi beserta diskusinya melalui kanal YouTube Departemen Ilmu Komunikasi UGM.

 

Penulis: Rose Wirastomo

Rilis Berita Hilirisasi Riset Dikom UGM: Jurnalisme dan Kebijakan Komunikasi

Berita Jumat, 31 Desember 2021

Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM memulai rangkaian webinar Hilirisasi Riset Departemen dengan sesi pertama yang mengangkat topik “Jurnalisme dan Kebijakan Komunikasi” pada 9 Desember 2021, pukul 09.00-11.00 WIB. Program Hilirisasi Riset ini merupakan bagian penutup dari rangkaian skema Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) oleh Dikom UGM. Program ini juga merupakan tradisi tahunan di Dikom UGM yang bertujuan untuk menciptakan roadmap atau peta jalan untuk skema PPM ke depannya. 

Narasumber sesi pertama ini adalah Dr. Ana Nadhya Abrar, Zainuddin Muda Z. Monggilo, Dr. Nyarwi Ahmad, dan Gilang Desti Parahita, yang menyampaikan hasil riset mereka seputar “Jurnalisme dan Kebijakan Komunikasi”. Berperan sebagai moderator dala sesi ini adalah Dr. Muhamad Sulhan.

Pada kesempatannya, Dr. Ana Nadhya Abrar sebagai narasumber pertama menyampaikan perjalanan riset kolaborasinya dengan mahasiswa Dikom UGM yang mempersoalkan tentang posisi content creator di Tribun Jogja dengan judul penelitian “Suara Tentang Idealisme Wartawan”. 

“Kenapa saya mempersoalkan itu? Karena yang selama ini kita tahu, content creator itu bukan untuk pers, [melainkan] untuk media sosial. Yang kedua, di dalam [aturan] Tribun Jogja itu nggak pernah tertulis content creator, yang ada wartawan, [seperti] reporter, pemimpin redaksi, kemudian redaktur, sama sekali nggak ada sebutan content creator, tapi di kalangan mereka ada,” jelas Abrar.

Abrar melihat bahwa posisi content creator di media berita patut dipertanyakan karena tidak menghasilkan berita, tetapi artikel. Content creator juga disebutkan mampu memotong posisi pemimpin redaksi dan mengarahkan reporter untuk mencari berita. Secara garis besar, Abrar ingin mempertanyakan apakah kondisi seperti ini yang menyebabkan krisis jurnalisme di Indonesia. 

Selanjutnya, Zainuddin Muda Z. Monggilo, atau kerap disapa Zam, menyampaikan hasil riset kolaborasinya dengan dua mahasiswi Dikom UGM yang berjudul “Praktik Cek Fakta di Indonesia:  Studi Kasus pada Tirto.id, Liputan6.com, Tempo.co, Mafindo,  Kompas.com, dan Suara.com di Masa Pandemi COVID-19”. 

Pertanyaan risetnya adalah bagaimana institusi media yang bersertifikasi International Fact-Checking Network (IFCN) mengimplementasikan cek-fakta dalam melawan kekacauan informasi (mis/mal/disinformasi) yang muncul di tengah pandemi Covid-19. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengeksplorasi praktik cek-fakta yang dijalankan oleh keenam institusi media Indonesia tersebut dalam membendung gempuran kekacauan informasi yang beredar selama masa krisis

“Saya [melihat] kualitas jurnalisme bukan saja soal bagaimana berita itu harus objektif, bagaimana berita itu harus cover both sides atau bahkan multiple sides in some cases, atau bagaimana berita itu harus ditulis dengan rapi dan seterusnya, tidak saja sebagai kualitas yang parsial, tetapi kualitas as a whole package,” ucap Zam. 

Menurut Zam, peluang dan tantangan media berita pada 2015-2016 jika dikaitkan dengan maraknya kekacauan informasi akan menjadi sangat mengkhawatirkan jika, celakanya, jurnalis menggunakan mal/mis/disinformasi yang ada sebagai informasi di media tanpa adanya verifikasi yang berlapis. Zam menambahkan, fenomena ini tidak dapat ditangani hanya dari sisi wartawan atau institusi media, tetapi juga akademisi serta masyarakat. Maka dari itu, pada penelitiannya, Zam juga ingin menyampaikan pesan-pesan literasi media.

Dilanjutkan oleh narasumber ketiga, Dr. Nyarwi Ahmad, tentang risetnya yang berjudul “Persepsi Publik Atas Kemampuan Personal  Dan Ketangguhan Kepemimpinan Presiden Joko Widodo Dalam  Mengatasi Wabah Pandemi Covid-19 Pasca Kebijakan New  Normal: Identifikasi Faktor-Faktor Penentu (Kelas Sosial/Tingkat  Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Preferensi Politik Dan Jenis  Akses Media”.

Riset ini secara spesifik ditujukan untuk mengeksplorasi keragaman persepsi publik terkait kemampuan personal dan ketangguhan kepemimpinan presiden Joko Widodo dalam mengatasi pandemi Covid-19 dan sejauh mana preferensi politik publik terhadap Parpol dalam Pemilu Legislatif 2019 lalu. Penelitian kuantitatif ini mengadaptasi empat jenis konsep berikut, yaitu kepemimpinan presiden, kapasitas personal, ketangguhan kepemimpinan, dan preferensi politik. 

“Di situ ada 12 pertanyaan yang saya tanyakan di balik pertanyaan besar [saya], yang pertama misalnya kemampuan [presiden] mendeteksi dan mengantisipasi ancaman serta bahaya virus Covid-19, termasuk kemampuan dalam memberikan penjelasan kepada publik,” ucap Nyarwi. Beberapa variabel yang diteliti yakni status ekonomi sosial, pilihan parpol, persepsi akan media arus utama, dan pilihan media sosial. 

Selanjutnya, Gilang Desti Parahita melanjutkan diskusi dengan memaparkan hasil risetnya yang berjudul “Partisipasi Audiens dan Monetisasi  pada Portal Berita Online Only dan Konglomerasi Indonesia” melalui rekaman video. 

Gilang menyampaikan kekhawatirannya melalui hasil risetnya tentang sumber pendapatan industri-industri media Indonesia yang berasal dari over the top companies seperti Google melalui adsense. Gilang melakukan pengamatan terhadap 26 media digital di Indonesia untuk mengidentifikasi perbedaan antara media yang dimiliki oleh konglomerasi dan media startup dari segi sumber pendapatannya. Selain itu, wawancara juga dilakukan pada 8 pengelola media digital di Indonesia. 

“Dari dua metode tersebut setidaknya kita mendapatkan gambaran bahwa media digital di Indonesia masih mengandalkan situs web sebagai platform untuk mendistribusikan konten. Hal ini terutama dilakukan oleh media berita digital yang dimiliki oleh konglomerasi,” ucap Gilang.

Dengan kebergantungan media konglomerasi terhadap penghasilan dari jumlah klik di situs web, kualitas jurnalisme pun akan dikendalikan oleh sistem pengiklanan tersebut. Sedangkan, media startup lebih dapat memanfaatkan kanal-kanal yang dimilikinya untuk memperoleh sumber penghasilan dan mampu mengeksplorasi model pendistribusian beritanya di masing-masing kanal.

Acara hilirisasi ini selengkapnya dapat disaksikan melalui kanal Youtube Departemen Ilmu Komunikasi UGM.

Penulis: Rizqy K. Mayasari

Rilis Berita Hilirisasi Riset DIKOM UGM: Manajemen Komunikasi dan Komunikasi Strategis 1

Berita Jumat, 31 Desember 2021

Kamis (9/12), menjadi hari pertama dari rangkaian acara Hilirisasi Riset Departemen yang diadakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM. Hilirisasi riset diadakan dalam 2 (dua) sesi, yakni Sesi 1 pada pukul 09.00-12.00 WIB, dan Sesi 2 pada pukul 13.00-16.00 WIB. Pada Sesi 2, tema besar riset yang dipresentasikan adalah seputar Manajemen Komunikasi dan Komunikasi Strategis. Ada 2 (dua) riset yang dipresentasikan, yakni milik Drs. I Gusti Ngurah Putra, M.A. (Mas Ngurah), dan milik Adam Wijoyo Sukarno, S.I.P., M.A. (Mas Adam). Acara ini dimoderatori oleh Dr. Rahayu, S.I.P., M.Si., M.A. (Mbak Rahayu).

Riset pertama yang dipresentasikan adalah milik Mas Ngurah, berjudul Public Relations Digital dalam Buku Teks Public Relations Indonesia. Pada awal paparan materi, Mas Ngurah menyampaikan bahwa buku teks memegang peranan penting dan memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran mahasiswa, sekalipun di masa pembelajaran daring seperti saat ini, sebab buku teks mampu membentuk pemikiran mahasiswa, terkhusus pada topik pembelajaran Public Relations. Seharusnya, isi atau materi dalam buku teks seputar Public Relations mulai disesuaikan dengan zaman dan dengan isu tertentu, termasuk membahas tentang Digital Public Relations secara komprehensif. Setelah mengumpulkan beberapa buku, dan menelusuri apakah buku tersebut ada versi digitalnya, Mas Ngurah hanya menemukan satu buku teks dengan bahasan Public Relations Digital yang relatif memadai sebagai pengantar pembelajaran. Buku tersebut menyajikan materi berisi perbedaan internet atau website dengan media sosial, serta sedikit menjelaskan karakter dari komunikasi melalui media digital. Ringkasnya, tidak semua buku membahas Digital Public Relations secara memadai. Saran dari Mas Ngurah, riset selanjutnya bisa diarahkan untuk mengkaji dengan membandingkan pembahasan Public Relations Digital dalam teks berbahasa Inggris atau terjemahan, dengan buku teks berbahasa Indonesia.

Berlanjut ke presentasi riset dari Mas Adam, berjudul Inovasi Badan Publik Pendidikan dalam Implementasi KIP, yang membahas tentang adopsi inovasi serta teknologi informasi dan komunikasi yang diterapkan oleh Kantor Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) UGM. Berdasar pengamatan Mas Adam, banyak organisasi atau institusi pemerintah maupun pendidikan yang mulai mengarah ke sistem open government. Salah satu aspek yang membuat Mas Adam, selaku peneliti, mengidentifikasi demikian adalah mulai adanya adopsi ICT (Information and Communication Technology; teknologi informasi dan komunikasi). Namun, tentu tidak semua institusi mampu untuk langsung mengadopsi ICT. Orang-orang di dalam institusi tersebut perlu mengkomunikasikan inovasi, perlu berkoordinasi tentang bagaimana Humas berinovasi dan mengadopsi ICT di waktu-waktu ini (pandemi dan era digital). Kerap kali, di tiap institusi sudah ada rencana, tapi persiapan dan aplikasi teorinya kurang — karena, menurut pengamatan Mas Adam, spirit pelayanan publik itu masih kurang sebab masih berfokus di tupoksi (tugas pokok dan fungsi) aja, belum berani berinovasi dan melakukan hal-hal baru. Selain itu juga masih banyak masalah terkait sumber daya, terutama sumber daya manusia (SDM). Level akselerasi di tiap institusi juga tentu berbeda-beda, tergantung kebijakan dan kesigapan Kepala Admin, sebab Kepala Admin harus mengajari staf-staf adminnya dan itu tentu membutuhkan kecakapan digital lebih, serta waktu yang tidak sebentar. Ringkasnya, sudah banyak Humas yang menerapkan kerangka kerja Morton (memakai pendekatan Top Down), tetapi inovasi berbasis ICT belum mengarah ke penyederhanaan organisasi (misal: memangkas jumlah pegawai dan menggunakan Kecerdasan Buatan sebagai penggantinya). Aplikasi pelayanan publik sudah ada, tapi koordinasi untuk beradaptasi dengannya masih butuh jangka waktu yang panjang. Terakhir, Mas Adam menyampaikan bahwa di tiap institusi sebenarnya ada spirit untuk membuka (membuka peluang beradaptasi dengan ICT), tapi juga ada spirit untuk menutup (menutup kemungkinan adaptasi dan inovasi tersebut).

Penulis: Rose Wirastomo

Novi Kurnia, M.Si., M.A., Ph.D. Raih Penghargaan Dosen Inspiratif Terbaik 1 Bidang Sosial Humaniora UGM

Informasi UmumSorotan Sabtu, 20 November 2021

Halo, Sobat Dikom!

Departemen Ilmu Komunikasi dengan penuh suka cita mengucapkan selamat kepada Novi Kurnia, M.Si., M.A., Ph.D.  yang dianugerahi sebagai Dosen Inspiratif Terbaik 1 di Bidang Sosial Humaniora pada ajang Insan UGM Berprestasi 2021.

Acara tersebut merupakan ajang prestasi dan bentuk apresiasi atas kontribusi dosen, tenaga pendidik, mahasiswa, serta alumnus UGM.

Novi Kurnia, M.Si., M.A., Ph.D.  selain aktif di perkuliahan, telah berkontribusi besar di bidang komunikasi, khususnya pergerakan literasi digital di kancah nasional dan internasional.

Beliau berperan melalui Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi), Siberkreasi, serta di lembaga-lembaga riset akademik di UGM. Banyak hasil karya beliau yang bisa kita akses secara gratis di PR2Media ❤

Sekali lagi selamat kepada Novi Kurnia, M.Si., M.A., Ph.D.  semoga selalu diberi kelancaran, kegembiraan, dan semangat dalam “Crafting Well-informed Society”.

#DosenDikom
#DosenInspiratif
#InsanUGMBerprestasi
#SosialHumaniora
#IlmuKomunikasi

Naskah Pidato Pengukuhan Profesor Dr. Phil Hermin Indah Wahyuni, S.I.P., M.Si.

Informasi Umum Rabu, 10 November 2021

“No communication, no information, no discussion”

Sering kali Mbak Hermin menyampaikan di kelas-kelas agar mahasiswa dapat keluar dengan masalah di pikirannya. Contohnya seperti kutipan beliau di atas. Sederhana, namun terngiang-ngiang di kepala.

Tentu, masih banyak lagi buah pikiran beliau yang terus-menerus menginspirasi orang-orang di sekitarnya hingga menuntun beliau sampai pada titik ini.

Pada momen penting ini, Departemen Ilmu Komunikasi UGM mengucapkan selamat dan sukses kepada Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si. atas diraihnya gelar Profesor/Guru Besar dalam Bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Sobat Dikom dapat membaca pidato lengkap Prof Hermin dengan klik di sini.

Proficiat Prof. Hermin! 💐
Let’s keep sensitizing the system 🌟

Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si.

Informasi UmumSorotan Kamis, 4 November 2021

Dengan penuh rasa syukur dan bahagia, DIKOM UGM mengundang Bapak, Ibu, dan #SobatDikom sekalian dalam acara
Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si. pada:

🗓️ Selasa, 9 November 2021
⏰ pukul 10.00-11.00 WIB

📍 Live dari Balai Senat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
via Youtube di
ugm.id/youtube
via Zoom di
ugm.id/PengukuhanGB
Meeting ID: 882 8639 5294
Passcode: pengukuhan

Judul pidato:
Komunikasi Autopoiesis sebagai Energi Adaptasi Sistem Sosial: Respon, Resonansi, dan (R)evolusi

Kehadiran Bapak/Ibu dan Sobat sekalian sangat dinanti.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Graduate Students Symposium on Communication Science 2021 Hari Pertama

BeritaSorotan Kamis, 9 September 2021

Graduate Students Symposium on Communication Science (GSSCS) 2021 secara resmi dibuka. Simposium bertema “Respons Ilmu Komunikasi dalam Sirkuit Pandemi: Tantangan Komunikasi Publik dalam Disrupsi Transformasi Digital” dibuka oleh Dekan Fisipol UGM dan Kepala Departemen Ilmu Komunikasi UGM. Hari pertama GSSCS 2021 diawali dengan pemaparan materi oleh keynote speaker Prof. Dr.Phil Indah Wahyuni dan tiga panelis yaitu Dr. G. Arum Yudarwati, Dr. Eriyanto, M.Si. dan Janoe Arijanto. Sesi hari pertama berhasil menghadirkan diskusi berbobot dari sudut pandang akademisi dan praktisi komunikasi.

Simposium ini dibuka dengan sambutan dari Dekan Fisipol UGM, Wawan Mas’udi. Beliau mengapresiasi penyelenggaraan GSSCS 2021 oleh Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UGM. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa simposium ini turut berperan dalam membangun tradisi akademik, menjadi ruang pertukaran ide dan dialog, serta memiliki relevansi mengenai fungsi perguruan tinggi dalam production and dissemination of knowledge. Senada dengan apa yang disampaikan Dekan Fisipol, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi UGM, Dr. Rajiyem, S.IP., M.Si menyatakan bahwa GSSC berperan sebagai forum untuk menumbukan atmosfer akademik dan berkontribusi pada isu komunikasi publik pada aspek sosial, ekonomi, dan politik.

Dalam pemaparannya, Prof. Dr.Phil Indah Wahyuni menekankan bahwa komunikasi berperan penting dalam pandemi COVID-19. Beliau mengatakan bahwa bahwa komunikasi adalah hulu dan hilir permasalahan sehingga bagaimana cara komunikasi diproses dan dikonstruksi akan menyebabkan implikasi serius. Beliau menyampaikan masih ada tiga pekerjaan rumah dalam komunikasi era media baru yaitu kecerdasan buatan yang meluluhlantakkan komunikasi publik sehingga jauh dari rasionalitas, visi komunikasi publik, dan atmosfer literasi digital yang masih rendah. Terakhir, Prof Hermin menyebutkan tantangan bagi keilmuan untuk mempertajam analisis, mengikuti tren, dan penguasaan teori secara komprehensif.

Sesi panelis diawali oleh pemaparan dari Dr. Eriyanto, M.Si. Akademisi dan dosen Ilmu Komunikasi UI tersebut menyampaikan materi mengenai arah perkembangan kajian dan kontribusi ilmu komunikasi dalam merespons krisis komunikasi publik. Dr. Eriyanto menjelaskan mengenai bagaimana metode riset komunikasi seperti Social Meida Network Analysis (SMNA), Hyperlink Network Analysis (HHA), Computational Content Analysis (CCA), Discourse Network Analysis (DNA), hingga Media Cloud Content Analysis, berkontribusi pada respons komunikasi publik.

Panelis kedua adalah Dr. G. Arum Yudarwati. Beliau menyampaikan materi mengenai strategi komunikasi publik digital dalam konteks (post) pandemi Covid-19 dari kacamata pakar komunikasi strategis. Dr. Arum memaparkan bagaimana dampak pandemi Covid-19 bagi dunia bisnis, bagaimana agile mindset berperan sebagai alternatif ppendekatan strategis di era disrupsi, dan implikasi serta implementasi agile mindset dalam komunikasi strategis. Beliau menekan bahwa terjadi perubahan paradigma dari looking back menjadi looking forward dan bagaimana perubahan dan fleksibilitas menjadi hal normal bagi individu dan organisasi.

Panelis terakhir adalah Janoe Arijanto. Sebagai CEO Dentsu One, beliau mengimbangi perspektif akademik dengan perspektif profesional. Janoe memaparkan ada sembilan perubahan lanskap media dan tantangan komunikasi publik yaitu crowd culture, crowd content; uncontrollable search and share; multi segment audience; the emerge of (olitical) group diction and idioms; high intensity of short-term campaigns; commercial algorithm for social algorithm; subjectivism in inner platform;social media patron; localism and geopolitics; blurred area in authorize and unauthorize information; dan higher exposure in home screen channel.

Pemaparan materi oleh keynote speaker dan panelis memantik diskusi yang hidup dengan berbagai pertanyaan dari partisipan. Kegiatan GSSCS 2021 hari pertama ditutup dengan foto bersama dengan para panelis. Selanjutnya, di hari kedua pelaksanaan GSSCS 2021 akan ada sesi paralel bertemakan komunikasi publik, komunikasi strategis, komunikasi dan kebijakan media, dan media serta budaya.

Siaran Pers Graduate Student Symposium on Communication Science 2021

BeritaSorotan Sabtu, 4 September 2021

Siaran Pers

Graduate Student Symposium on Communication Science 2021

Untuk mendialogkan dan mencari solusi persoalan komunikasi publik, tim mahasiswa Program Studi Magister (S2) Ilmu Komunikasi UGM menggelar “Graduate Students Symposium on Communication Science” dengan tema “Respon Ilmu Komunikasi dalam Sirkuit Pandemi: Tantangan Komunikasi Publik dalam Disrupsi Transformasi Digital.” Forum ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi mahasiswa dan alumni Pascasarjana untuk bertukar gagasan dalam menyelesaikan persoalan ini.

Kegiatan Simposium ini dilaksanakan pada tanggal 9 – 10 September 2021 secara daring. Acara ini akan menghadirkan Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni sebagai Keynote Speaker, serta tiga panelis yaitu Dr. G. Arum Yudarwati dari Universitas Atma Jaya yang akan berbicara mengenai “Strategi Komunikasi Publik Digital dalam Konteks (Post) Pandemi Covid 19”. Kemudian Dr. Eriyanto akan membahas tentang “Arah Perkembangan Kajian dan Kontribusi Ilmu Komunikasi dalam Merespon Krisis Komunikasi Publik”, dan Janoe Arijanto akan memaparkan “Perubahan Lanskap Media dan Tantangan Komunikasi Publik: Perspektif Profesional”. Acara ini diselenggarakan dengan bekerjasama dengan pengelola jurnal dari Jurnal Komunikasi Indonesia oleh Departemen Komunikasi, Fisipol, Universitas Indonesia, Jurnal Komunikasi oleh Departemen Komunikasi Universitas Islam Indonesia, dan Jurnal Media dan Komunikasi Indonesia oleh Departemen ilmu komunikasi, Fisipol, Universitas Gunadarma. Target dari acara ini kurang lebih mencapai 150 peserta.
Rahayu, Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM, menyatakan tujuan penyelenggaraan simposium ini adalah menyediakan forum bagi mahasiswa dan alumni Pascasarjana untuk berdiskusi dan mencari solusi terkait dengan persoalan komunikasi publik.

Ia mengatakan,“Transformasi Digital dan Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini telah mengubah lingkungan komunikasi secara dramatis. Perubahan teknologi digital tidak saja berkaitan dengan kemunculan berbagai jenis platform media digital saja, namun juga interaktivitas dan pola-pola relasi sosial yang semakin luas dan bervariasi. Perubahan tampak pula pada perluasan dan intensifikasi penggunaan media digital di berbagai sektor akibat dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Perubahan lingkungan komunikasi ini membawa tantangan besar bagi pengelolaan komunikasi publik baik oleh organisasi publik maupun privat”

“Komunikasi publik merupakan elemen penting dalam menentukan kualitas kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Dalam lingkungan komunikasi yang berubah, komunikasi publik tidak lagi bisa dikelola dengan metode konvensional, diperlukan cara-cara inovatif dengan pendekatan baru untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Konsep komunikasi publik tidak bisa disamakan dengan propaganda dan public speaking atau sekedar teknik penyampaian pesan persuasif kepada masyarakat. Komunikasi publik menuntut pemahaman komprehensif tentang kepentingan publik, informasi publik, media digital, dan relasi timbal balik antara organisasi dengan publik. Komunikasi publik pun menghadapi persoalan terkait peredaran misinformasi yang berpotensi mendistorsi kepercayaan dan kredibilitas informasi dari sumber-sumber informasi resmi.”, kata Rahayu.

Simposium ini akan membahas sejumlah pertanyaan penting: Apa kontribusi ilmu komunikasi dalam pengelolaan komunikasi publik terutama menghadapi disrupsi digital dan situasi pandemi saat ini? Bagaimana ilmu komunikasi dan scholars mengimbangi perubahan atau pergeseran sosial, budaya dan teknologi? Bagaimana mengantisipasi disfungsi dan resiko dalam komunikasi publik yang muncul dari transformasi digital dan pandemi serta pasca pandemi? Usai simposium ini diharapkan muncul sejumlah solusi relevan penanganan persoalan komunikasi publik.
Pendaftaran Call for Paper dan Seminar sudah dibuka. Untuk mengikuti acara ini bisa melakukan pendaftaran di website gsscugm.com atau bisa menghubungi narahubung acara di
+62 812-4796-6738(Rikar) dan +62 812-6300-1131(Diana).

1…1617181920…27

PROGRAM STUDI

   SARJANA REGULER

   SARJANA IUP

   MAGISTER

   DOKTORAL

Mei 2025
S S R K J S M
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031  
« Apr    
Universitas Gadjah Mada

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA
Jl. Sosio Yustisia No.1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia
E: fisipol@ugm.ac.id
P: +62(274) 563362
F: +62(274) 551753

TENTANG DIKOM

Sekapur Sirih Visi dan Misi Sejarah Struktur Departemen Staff

PROGRAM STUDI

Reguler IUP Magister Doktoral

AKTIVITAS

Karya Mahasiswa Korps Mahasiswa BSO Ajisaka

UNIT PENDUKUNG

Laboratorium Pusat Kajian Decode JMKI Jaminan Mutu

© 2020 | DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI - UGM

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY