Selama Pandemi Covid-19, brand dituntut untuk melakukan perencanaan ulang terhadap alokasi belanja iklan mereka. Hal ini dikarenakan terjadinya banyak perubahan terhadap media-media yang akan digunakan untuk beriklan. Salah satu jawabannya adalah memfokuskan belanja iklan mereka kepada iklan digital. Berdasarkan penelitian Nielsen pada Juli 2020, belanja iklan digital naik sebesar 20% dengan total belanja iklan Rp24,2 triliun dan berada di posisi kedua setelah belanja iklan televisi yang tumbuh sebesar 72% menjadi Rp88 triliun (Siregar, 2020). Meskipun begitu, ada berbagai brand yang kemudian memilih untuk tidak menggunakan media tersebut dan lebih tertarik dengan out of home advertising.
Out of home advertising merupakan media untuk beriklan yang tersedia di luar rumah dimana media ini dapat menjangkau konsumen saat mereka sedang bepergian, menunggu, berbelanja, atau berada di luar tempat tinggal mereka (Kelly, Jugenheimer, & Sheehan, 2015). Media ini seringkali menjadi pilihan yang menjanjikan karena pengiklan dapat memanfaatkan peluang kreatif yang ada untuk membuat pesan di luar ruangan yang berkesan dan unik kepada jangkauan audiens mereka. Oleh karena itu, meskipun media digital dan televisi mengalami kenaikan yang cukup tingga, out of home advertising dapat menjadi pilihan ketika dapat dikemas dengan menarik sehingga bisa menjangkau audiens yang diinginkan.
Berikut beberapa iklan atau campaign melalui out of home advertising yang dilakukan oleh berbagai brand dan mendapat antusiasme dari masyarakat secara masif di berbagai media selama pandemi.
- Himbauan untuk #dirumahaja dari Aqua
Sebuah campaign yang dilakukan Aqua dengan mengajak masyarakat untuk berada di rumah melalui cara yang berbeda ini mendapat respon positif dari masyarakat. Dengan 29,6 ribu likes dan 13,1 ribu retweets, campaign ini telah menjadi perbincangan di media sosial, khususnya Twitter. Hal ini dikarenakan konsep yang dibawa cukup berbeda dan membuat orang menjadi tertarik dengan isinya sehingga pesan untuk #dirumahaja dapat tersampaikan secara mudah.
- Prepp Studio Marketing Campaign dari Arief Muhammad
Berbeda dengan billboard yang digunakan oleh Aqua, teknik marketing campaign yang dilakukan oleh Arief Muhammad bersama Prepp Studio ini terbilang sangat menarik perhatian. Pasalnya, pada saat yang bersamaan sedang terjadi aksi demonstrasi di sejumlah daerah terkait adanya penentangan terhadap Omnibus Law kepada DPR RI.
Dengan copy yang menarik dan seakan menjawab bahwa ketika banyaknya aksi demonstrasi, Arief Muhammad kemudian mengajukan diri untuk siap menjadi nomor satu. Padahal setelah pernah menjadi trending di Twitter, Arief mengungkap bahwa dirinya siap menjadi nomor satu, dalam memimpin brand fashionnya, yaitu Prepp Studio.
- Email Reveal dari Traveloka
Penggunaan nillboard digital yang dilakukan oleh Traveloka ini apabila dilihat secara sekilas merupakan kesalahan teknis yang dilakukan ketika memasang bahan yang akan dijadikan dalam billboard.
Namun, ketika diamati secara seksama, ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Traveloka untuk menarik perhatian masyarakat di sekitarnya agar sejenak memandang dan mengamati billboard ini. Billboard Traveloka ini berisi laman email yang sedang membuka pesan untuk materi dari billboard ini, yaitu program EPIC Sale yang dilakukan oleh Traveloka. Dengan mendapat perhatian karena bentuknya unik, banyak netizen yang kemudian memuji cara marketing dari Traveloka ini.
Dari ketiga contoh tersebut, dapat ditemukan satu pola dimana cara yang unik untuk melakukan pemasaran seringkali mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat telah bosan dengan bentuk pemasaran yang sifatnya repetitif dan mudah ditebak. Oleh sebab itu, penggunaan out of home advertising dapat menjadi salah satu media yang dapat dikreasikan ketika akan melakukan pemasaran.
Referensi:
Kelly, L.D., Jugenheimer D.W., Sheehan K.B. (2015). Advertising Media Planning: A Brand Management Approach. Fourth Edition. New York: Routledge.
Siregar, B.P. (2020, Juli). Belanja Iklan Televisi Melonjak 72% Selama Pandemi. Diakses pada 1 Desember 2020 dari https://www.wartaekonomi.co.id/read301101/belanja-iklan-televisi-melonjak-72-selama-pandemi
Penulis: Khairi Muhammad Zuhdi | Mahasiswa S1-Reguler Angkatan 2018