Yogyakarta, 1 September 2023 – Program Sarjana Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Press in Malaysia” dalam rangka kelas Pengantar Media Kreatif dan Jurnalisme. Hadir dalam kegiatan tersebut yaitu Prof. Dr. Hamedi Mohd Adnan dari Department of Media and Communication Studies University of Malaya yang diundang sebagai dosen tamu. Kuliah umum ini dilaksanakan pada Jum’at (1/9) secara luring di FISIPOL UGM serta dimoderatori oleh Jusuf Ariz Wahyuono, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM.
Dewasa ini, teknologi berkembang kian pesat dan membawa dampak bagi berbagai sektor industri. Industri media cetak tidak lepas dari pengaruh tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Hamedi, terdapat perubahan dalam cara generasi muda mengkonsumsi berita. “Generasi muda kebanyakan membaca berita melalui media sosial,” ungkapnya. Sebagai imbas dari perubahan tersebut, sirkulasi media cetak kian hari kian menurun jumlahnya. Hal tersebut terjadi di Malaysia, di mana jumlah surat kabar yang dahulu mencapai lebih dari 100, kini hanya tersisa 37.
Lebih lanjut, Prof. Hamedi juga berpendapat bahwa berita bukan lagi menjadi produk utama surat kabar. “Produk utama surat kabar bukan lagi berita, tetapi jenama atau brand,” jelasnya. Tak hanya produk yang berubah, konsumen surat kabar pun turut berubah. Kini, jenama tidak hanya dijual kepada pembaca tetapi juga kepada pengiklan atau advertisers. Hal tersebut menjadi signifikan karena iklan juga merupakan salah satu sumber keuntungan surat kabar. Meskipun demikian, mencari keuntungan melalui iklan kini menjadi semakin sulit. “Iklan juga bermasalah karena pengiklan lebih suka beriklan di platform lain, iklan di surat kabar sudah tidak efektif,” ujar Prof. Hamedi.
Perkembangan teknologi jelas merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh industri surat kabar. Diperlukan adaptasi serta cara-cara baru agar surat kabar dapat tetap bertahan dan memperoleh keuntungan. Prof. Hamedi mengakui hal tersebut memanglah sukar. Pasalnya, menurut Prof. Hamedi belum ada industri surat kabar yang dapat sepenuhnya beradaptasi dengan perkembangan teknologi, bahkan surat kabar di Amerika Serikat sekalipun.
Dengan situasi yang ada, sulit untuk memprediksi masa depan industri surat kabar. Meskipun demikian, Prof. Hamedi berpendapat bahwa surat kabar masih tetap penting untuk dipertahankan karena masih adanya segmen pembaca yang lebih memilih media cetak daripada media digital. Oleh karena itu, pelaku industri surat kabar harus pintar dalam melihat dan mengambil peluang agar tetap relevan, terutama peluang yang ditawarkan oleh internet.
Prof. Hamedi menyampaikan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh industri surat kabar untuk merespons tantangan di tengah-tengah gempuran teknologi. Industri surat kabar dapat menawarkan versi digital dengan format dan pendekatan yang baru serta menarik. Selain itu, aspek pemasaran serta distribusi juga harus diperhatikan dengan seksama, termasuk dengan melakukan aktivasi media sosial. Meskipun masa depan industri surat kabar tidak dapat diprediksi, Prof. Hamedi berpendapat bahwa hal tersebut bukan berarti akhir dari surat kabar konvensional. Dirinya juga berpendapat bahwa surat kabar memiliki kualitas-kualitas tertentu yang dapat membantu untuk bertahan apabila dimanfaatkan dengan baik.